Sabtu, 03 Maret 2012


ABORTUS

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Penyakit perdarahan pada kehamilan adalah suatu keadaan kedaruratan dalam kedokteran. Mortalitas maternal menurun secara bermakna pada tahun- tahun terakhir, tetapi perdarahan masih tetap menjadi penyebab kematian maternal yang utama  (Suresh, Kinch, 1991). Penatalaksanaan secara tim perlu dilakukan untuk menyelamatkan kehidupan ibu dan janin.
Perdarahan pada kehamilan awal membahayakan ibu dan merupakan masalah bagi dokter yang merawat. Gangguan perdarahan yang sering timbul pada awal kehamilan salah satunya adalah abortus.
Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai suatu keadaan akut yang dapat membahayakan ibu dan anak, sampai dapat menimbulkan kematian. Sebanyak 20 % nita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan sebagian mengalami abortus. Hal ini tentu menimbulkan ketidakberdayaan dari wanita sehingga ditinjau dari suatu kesehatan akan sangat ditanggulangi untuk meningkatkan keberdayaan seorang wanita. Ada beberapa keadaan yang dapat menimbulkan keadaan perdarahan pada awal kehamilan seperti implantasi ovum, karsinoma serviks, abortus, molahidatidosa. Perdarahan pada kehamilan muda adalah perdarahan pervagina pada kehamilan kurang dari 2 minggu.
Setiap perdarahan dalam kehamialn harus dianggap sebagai keadaan akut berbahaya dan serius dengan resiko tinggi karena dapat menimbulkan kematian ibu dan janin.sebagian mengalami abortus.hal ini akan menimbulkan ketidak berdayaan dari wanita sehingga ditinjau dari segi kesehatan akan sangat akan sngat ditanggulangi untuk untuk meningkatkan keberdayaan seorang wanita.

  1. Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami kelainan pada ibu hamil yang berhubungan dengan abortus
2.      Tujuan Khusus
a.       menjelaskan definisi abortus
b.      menyebutkan etiologi
c.       majelaskan patofisiologi dari abortus
d.      menyebutkan dan menjelaskan penatalaksanaan pada abortus
e.       membuat dan mengkaji asuhan keperawatan paklien dengan abortus
  
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    DEFINISI

Abortus didefinisikan sebagai keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Karena devinisi viabilitas berbeda-beda diberbagai negara, WHO merekomendasikan bahwa janin viabel apabila masa gestasi telah mencapai 22 minggu atau lebih, atau apabila berat janin 500 gr atau lebih.
Abortus adalah suatu usaha mengakhiri kehamilan dengan dengan mengeluarkan hasil pembuahan secara paksa sebelum janin mampu bertahan hidup jika dilahirkan.
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa getasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).
Jenis- jenis abortus dapat dibagi sebagai berikut :
1.      Abortus apontan : apabila abortus terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus, disebabkan oleh sebab- sebab alami.
a.       Abortus iminens(keguguran mengancam) : abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya, pada abortus ini terdapat nyeri akibat kram pada abdomen bawah atau nyeri pada punggung bawah, tetapi bisa juga tidak.
b.      Abortus incipiens : abortus ini sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.abortus ini terjadi ketika ada pembukaan serviks atau ketuban pecah disertai perdarahan dan nyeri pada bagian abdomen bawah atau pada punggung.
c.       Abortu inkompletus (keguguran tidak lengkap) : sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian ( biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal dalam raahim, yang akan menyebabkan perdarahan yang bertambah parah atau infeksi, terutama jika aborsi terjadi pada trimester ke II
d.      Abortus kompletus : keguguran lengkap
e.       Missed abortus ( keguguran tertunda ) : keadaan dimana janin telah mati selama 22  minggu tetapi tertahan didalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
f.       Aburtus Habitualis  : keguguran berulang ulang, terjadi pada wanita yang telah mengalami abortus lebih dari tiga kali.
g.      Abortus infeksiosus dan abortus septik : abortus yang disertai infeksi pada genetalia, sedang abortus septik adalah abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran darah atau peritonium.
2.      Abortus provocatus (disengaja , digugurkan) :
a.       Abortus provocatus therapeuticus adalah pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan, membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu menderita penyakit berat.
Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, S, 2002).
b.      Abortus provocatus criminalis adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.

B.     ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
1.      Faktor ovofetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin dan kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar.
2.      Kelainan plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang menghambat oksigenisasi plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian (Prawirohardjo, S, 2002).
3.      Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain:
·         penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,
·          toksin, bakteri,  virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan kematian sehingga terjadi abortus,
·         penyakit menahun, dan
·          kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo, 2002).
4.      faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10-12 minggu, yaitu pada saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.

  1. PATOFISIOLOGI
Pada abortus terjadi perdarahan desidualis, Pelepasan embrio parsial atau komplit akibat perdarahan kecil didalam desidua. Ketika terjadi kegagalan fungsi plasenta, uterus mulai berkontraksi sehingga proses abortus mulai. Jika terjadi sebelum minggu kedelapan, embrio defektif yang tertutup vilidan desidua cenderung dikeluarkan dalam gumpalan yang disebut blighted ovum, walaupun sedikit konsepsi dapat tertahan dalam uterus maupun serviks.
Perdarahan uterus terjadi sewaktu proses pengeluaran, antara minggu kedelapan dan ke empat belas, mekanisme diatas dapat terjadi. Atau membran ketuban dapat ruptur sehingga mengeluarkan janin yang cacat, tetapi gagal mengeluarkan plasenta. Plasenta ini dapat menonjol di osteum serviks eksterna. Atau tetap melekat pada dinding uterus.
Abortus ini diikuti oleh perdarahan yang banyak. Antara minggu ke14 dan 22 janin biasanya dikeluarkan dengan diikuti plasenta beberapa saat kemudian. Plasenta lebih jarang tertahan. Biasanya perdarahan tidak berat, tetapi rasa nyeri dapat hebat, sehingga menyerupai persalinan kecil
 D. PATHWAS 

          TERLAMPIR

  1. MANIFESTASI KLINIS
1.      Abortus komplet
a)      Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang
b)      Servik tertutupo atau terbuka.
c)      Yterus lebih kecil dari ukuran normal
d)     Gejala sedikit atau tanpa nyeri perut bawah.
2.      Abortus inkompli=et
a)      setelah terjadi abortus dengan pengeluaran jaringan, perdarahan berlangsung terus
b)      sering servik tetap terbuka karena masih ada benda didalam rahim yang dianggap korpus allenum, maka utherus akan berusaha menelurkannya dengan kontraksi, tetapi kalau keadaan ini dibiarkan lama, servik akan menutup kembali.
c)      Perdarahan sedang hingga masif
d)     Gejala / tanda : kram/ nyeriakaut perut bawah, dan ekspulsi sebagai hasil konsepsi
3.      Abortus incipiens
a)      perdarahan banyak
b)      nyeri akibat kontraksi rahim yang kuat
c)      akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan
4.      Abortus iminiens
a)      Perdarahan sedikit
b)      Nyeri melilit karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali,kram perut bawah dan utherus lunak
c)      Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
d)     Serviks tertutup
5.      Missed abortion
a)      rahim tidak membesar, malahan mengecil karenaair ketubanmasrasi janain
b)      buah dada mengecil kembali
c)      amenore berlangsung terus

  1. KOMPLIKASI
1.      Perdarah pervorasi sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretasi yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan atau dukun, stok pada abortus dapat disebabkan oleh perdarahan yang banyak disebut syok hemorogik, dan infeksi berat atau sepsis disebuyt septik , infeksi dan tetanus, payah ginjal
2.      Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah ( kapita selekta kedokteran ).

  1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan Diagnostik        :

1.  Test HCG Urine                 Indikator kehamilan                            Positif 
2. Ultra Sonografi                   Kondisi janin/cavum ut           terdapat janin/sisa janin
3. Kadar Hematocrit/Ht          Status Hemodinamika             Penurunan (< 35 mg%)
4. Kadar Hemoglobin             Status Hemodinamika             Penurunan (< 10 mg%)
5. Kadar SDP                          Resiko Infeksi                         Meningkat(>10.000 U/dl)
6. Kultur                                  Kuman spesifik                       Ditemukan kuman


  1. PENATALAKSANAAN
1.      Abortus imminiens :
a)      Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total
b)      Jangan melakukan aktifitas fissik yang berlebihan atau hubungan seks
c)      Jika terjadi perdarahan
1)      Berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi
2)      Terus berlangsung : nilai kondisi janin ( uji kehamilan USG ), lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lai, perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan utherus yang lebih besar dari apa yang diharapkan, mungkib menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
3)      Tidak perlu terapai hormonal ( estrogen atau progresteron
)atau tekolitik ( misalnya albutamol atau idometasin ) karena obat obat ini tidak bisa mencegah abortus.
2.      abortus insipiens
a)      jika usia kehamilan kurang 16 minggu lakukan evaluasi uterus denga aspirasi vakum manual, jika evaluasi tidak dapat segera lakukan :
1)      persiapan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari uterus
2)      berikan ergromentin 0,2 mg IM ( dapat diulang setelah 15 menit bila perlu ) atau misoprostol 400 mcg per oral ( dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu )
b)      jika kehamilan lebih dari 16 minggu
1)      Tungu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa sisa hasil konsepsi.
2)      Jika perliu lakuakn infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV

c)      Pastikan untuk memantau kondisi ibu setelah penangan
d)     Tirah baring total
e)      Tindakan observasi yang cermat terhadap bahan yang keluar dari vagina.
f)       Pengawasanm sering dan adekut terhadap tanda tanda vital
3.      Abortus inkomplet
a)Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui servik.Jika perdarahan berhenti, beri ergrometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 4090 mcg per oral
b)      Jiak perdarahan banyak atau terus menerus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu , evaluasi sisa hasil konsepsi dengan :
1)      Aspirasi vacum manual
2)      Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia
3)      Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergrometin 0,2 mg IM ( dapat diulang setelah 15 menit bila perlu ) atau misoprostol 400 mcg per oral ( dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu )
c)Jika kehamilan lebih dari 16 minggu :
1)      Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 mi cairan IV ( garam fisiologik atau RL ) dengan kecepatan 40 tetes permenit.sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
2)      Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervagina setiap 4 jam samapi terjadi ekspulsi hasil konsepsi ( max 800 mcg )
3)      Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
d)     Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan, pada sebagian kasus, supresi laktasi mungkin di perlukan untuk mencegah perdarahan lebioh lanjut.
4.      abortus komplit
a)      tidak perlu evaluasi lagi
b)      Observasi untuk melihat perdarah banyak
c)      Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
d)     Apabila terjadi anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama 2 minggu.Jika anemia berat berikan transfusi darah
e)      Konseling asuhan pasca keguguran dan pemantauan lanjut.

  1. ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Pemeriksaaan fisik terhadap jumlah perdarahan
b.      Pemeriksaaan uteri
1)      Tinggi dan besarnya tetap dan sesuai dengan umur kehamilan
2)      Tnggi dan besarnya sudah mengecil
3)      Fundus tidak teraba diatas simpisis
4)      Tinggi fundus 28 cm atau lebih
5)      DJJ dalam batas tertentu atau dapat menunjukkan takikardi/ bradikardi
6)      Abdomen keras seperti papan uterus tegang dan dengnan pembesaran simetris atau asimetris
c.       Pemeriksan dalam
1)      Servik uteri menutup
2)      Servik sudah terbuka dan dapat teraba ketuban dan hasil konsepsi dalam kavum uteri atau pada kanalis servikalis
3)      Besarnya rahim telah mengecil
4)      Konsistensinya melunak
d.      Kaji TTV
1)      TD normal
2)      Nadi normal
3)      Pernafasan normal
4)      Suhu normal.
2.      Pengkajian psikologi
a.       Cemas ketakutan
b.      Gelisah
c.       Koping individu
3.      Pengkajian data yang mungkin muncul
1)      Nyeri dengna hemorogi retrop[lasenta
2)      Nyeri tekan nyata atau berat secara umum atau local
3)      Nyeri punggung bawah
4)      Hipotensi, takikardi, perlambatan pengisisn kapiler, kulit dingin dan lembab, pucat, pusing
4.      Masalah keperawatan
a.       Nyeri akut
b.      Perubahan perfusi jaringa
5.      Diagnosa keperawatan
a.       Nyeri akut b/d kontraksi otot, dilatsi serviks,
b.      Perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemia

6.      Tujuan interfensi
Untuk mencegah kerusakan pada ibu dan menyelamatkan kehamilan

Diagnosa keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
Rasionalisasi
1.      nyeri akut b/d kontraksi otot, dilatasi serviks, trauma jaringan
DS :
·         Cemas kesakitan, gelisah
·         nyeri dengan memorasi plasenta
·         nyeri tekan nyata/berat scara umum /local
·         nyeri punggung bawah
·         mual
DO :
·         Hipotensi
·         takikardi
·         perlambatan pengisian kapiler
·         kulit dingin dan lambat.







Perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemi.
DS :
·         Melaporkan adanya perdarahan
·         Mual
·          Muntah
DO :
·         Perdarahan DJJ
·         Hipotensi
·         Takikardi
·         Suhu meningkat
·         Perdarahan lebih 500 cc
·         Kulit dingin.








Resti infeksi berhubungan dengan tindakan infasif
Tujuan :
Klien melaporkan nyeri hilang
kriteria hasil :
·         Nyeri hilang/ terkontrol
·         Kualitas nyeri menujukkan sekalanyeri 0-3
·         Ekspresi wajah tidak tidak meringis
·         Tidak melakukan perlakuan distraksi dengan melakukan kegiatan yang berulang
·         Respon otonomik :
Diaporosis (-)
Tekanan darah stabil 120/80 mmHg
Pola nafas efektif 24x/menit dispneu
Klien dapat konsentrasi dan kooperatif








Tujuan :
Dapat mempertahankan / mempernaiki perfusi jaringan
Kriteria hasil :
·         Mendemonstrasikan perfusi yang adekuat
·         TTV stabil
·         TD 130/80 mmHg
·         Nadi 80x/menit
·         Kulit hangat
Tidak terjad perdarahan ( normal tidak lebih dari 500 cc)












Setelah diberikan asuha keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan klien dapat menerapkan tehnik kontrol infeksi
Kriteria Hasil :
·         Suhu 37º C
·         Pola nafas efektif 24x/menit
·         Tidak terdapat nyeri tekan luka bekas dari drainase dengan tanda awal penyembuhan tidak terdapat kemerahan
Mandiri :
·        tentukan sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus, hemorogi,retoplasma, atau nyeri tekan abdomen.



·         Kaji stres psikologi klien/pasangan dan respon emosional terhadap kejadian


·        Berkan lingkungan yang tenang untuk menghilangkan rasa nyeri

·        olanorasi :
·        beri narkotik / sedatif, berikan obat obat praoperatif bila prosedur pembedahan diindikasikan

·        perhatikan status fissologi ibu, status sirkulasi dan volume darah.



·        Auskultasi dan laporkan DJJ catat bradikardi, takikardi, perubahan pada aktifitas janin

·        catat kehilangan darah ibu dan adanya kontrasi uterus



·        anjurkan tirah baring dalam posisi miring.









·         infeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan lepaskan balutan sesuai indikasi



·         Dorongan dan masukan cairan oral dan diet tinggi protein vit C dan besi


·         Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih



·         Faal lokasi dan kontraktifitas uterus, perhatikan perubahan adanya nyeri pad uterus yang eksterna

·         Berikan infus antibiotik profilaksi dengan detil pertama biasanya segera setelah pengekleman tali pusat dan dua dosis lagi masing-masing berjarak 6 jam
·         Dapatkan kultur darah dan urin bila infeksi dicurigai
·         Berikan antibiotik khusus untuk proses infeksi yang diidentifikasi

·        membantu dalam mendiagnosa dan memilih tindakan, ketidaknyamanan dihubungkan dengan aborsi spontan, karena kontraksi uterus yang mungkin diperberat oleh oksitosin’

·        ansietas sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidaknyamanan klien
·        Dapat membantu dalam menurunkan tingkat ansietas dan karenanya mereduksi ketidakinyamanan.

·        Meningkatkan kenymanan, menurunkan resiko kompliksi pembedahan.





·        Kejadian perdarahan potensialmerusak hasil kehamilan, kemungkinan menyebabkan hipovolemia/ hipoksia uteroplasenta.
·        mengkaji berlanjutnya hipoksia janin. Pada awalnya janin berespon pada penurunan kadar O2 dengan takikardi peningkatan gerakan.
·        bila kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi mungkin tidak efektif dalam mempertahankan kehamilan
·        menghilangkan tekanan pada VCI sdan meningktakan sirkulasi plasenta/ janin dalam pertukaran O2






·         Balutan steril pada kelahiran membantu melindungi luka dari kontaminasi, rembesan dapat mengganggu hematoma, gangguan penyatuan jaringan dehisens memerlukan kelanjutan.
·         Mencegah dan memaksimalkan sirkulasi dan aliran protein dan vitamin diperlukan pembentukan kol bezi diperlukan sintesis Hb
·         Dalam paska operasi ketiga leukositas takikardi menunjukkan infeksi, peningkatan sampai 38º C dalam jam pertama
·         Setelah kelahiran fundus tetap ketinggian dalam selama sampai lima hari infolusi mudah dengan peningkatan lokhea.
·         Menurunkan kemungkinan endometritis paska sesuai komplikasi obses tromboflekbitis
·         Bakterious lebih pada klien mengalami pecah selama 6 jam dari pada klien ketubannya tetap sebelum mesecio sesarea







BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Suatu kehamilan dikatakan abortus apabila kehamilan tersebut terhenti atau gagal dipertahankan pada usia kehamilan kurang dari 22 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gr.
Penyebab kelainan hasil konsepsi yaitu : abnormalitas uteri, kerusakan pada serviks, penyakit-penyakit maternal dan penggunaan obat, penyakit, trauma. Faktor hormonal, dan kelainan plasenta.
·         Faktor ovofetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin dan kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar.
·         Kelainan plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang menghambat oksigenisasi plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian (Prawirohardjo, S, 2002).
·         Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain:
·         penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,
·          toksin, bakteri,  virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan kematian sehingga terjadi abortus,
·         penyakit menahun, dan
·          kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo, 2002).
·         faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia kehamilan 10-12 minggu, yaitu pada saat plasenta mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.




DAFTAR PUSTAKA

Cunningham. F. G. et all. (2006). Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Hamilton. P.M. (1995). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Liewell.YN. D. and Jones. (2002). Dasar-Dasar Obstetric dan Ginekologi. Jakarta : Penerbit Hipokrates
Sastrawinatan. S. (2002). Obstetri Patologi. Bandung : FK UNPAD
Sibuea, Daulat perdarahan selama kehamilan. Retrieved Maret 2009 from http://Www.Geocities.Com/Dien .Dien.99/Utama.Html.
Arian Saladin. Perdarahan pada kehamilan muda. Retrieved Maret 1, 2009 from  http://www.zwani.com