ABORTUS
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Penyakit perdarahan pada kehamilan adalah suatu
keadaan kedaruratan dalam kedokteran. Mortalitas maternal menurun secara
bermakna pada tahun- tahun terakhir, tetapi perdarahan masih tetap menjadi
penyebab kematian maternal yang utama
(Suresh, Kinch, 1991). Penatalaksanaan secara tim perlu dilakukan untuk
menyelamatkan kehidupan ibu dan janin.
Perdarahan pada kehamilan awal membahayakan ibu dan merupakan masalah
bagi dokter yang merawat. Gangguan perdarahan yang sering timbul pada awal
kehamilan salah satunya adalah abortus.
Perdarahan selama kehamilan dapat dianggap sebagai suatu keadaan akut
yang dapat membahayakan ibu dan anak, sampai dapat menimbulkan kematian.
Sebanyak 20 % nita hamil pernah mengalami perdarahan pada awal kehamilan dan
sebagian mengalami abortus. Hal ini tentu menimbulkan ketidakberdayaan dari
wanita sehingga ditinjau dari suatu kesehatan akan sangat ditanggulangi untuk
meningkatkan keberdayaan seorang wanita. Ada beberapa keadaan yang dapat
menimbulkan keadaan perdarahan pada awal kehamilan seperti implantasi ovum,
karsinoma serviks, abortus, molahidatidosa. Perdarahan pada kehamilan muda
adalah perdarahan pervagina pada kehamilan kurang dari 2 minggu.
Setiap perdarahan dalam kehamialn harus dianggap sebagai keadaan akut
berbahaya dan serius dengan resiko tinggi karena dapat menimbulkan kematian ibu
dan janin.sebagian mengalami abortus.hal ini akan menimbulkan ketidak berdayaan
dari wanita sehingga ditinjau dari segi kesehatan akan sangat akan sngat ditanggulangi
untuk untuk meningkatkan keberdayaan seorang wanita.
- Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami kelainan pada ibu hamil yang berhubungan dengan
abortus
2. Tujuan Khusus
a.
menjelaskan definisi abortus
b.
menyebutkan etiologi
c.
majelaskan patofisiologi dari abortus
d.
menyebutkan dan menjelaskan penatalaksanaan pada
abortus
e.
membuat dan mengkaji asuhan keperawatan paklien
dengan abortus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Abortus didefinisikan sebagai
keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Karena devinisi viabilitas
berbeda-beda diberbagai negara, WHO merekomendasikan bahwa janin viabel apabila
masa gestasi telah mencapai 22 minggu atau lebih, atau apabila berat janin 500
gr atau lebih.
Abortus adalah suatu usaha
mengakhiri kehamilan dengan dengan mengeluarkan hasil pembuahan secara paksa
sebelum janin mampu bertahan hidup jika dilahirkan.
Abortus adalah berakhirnya
kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup.
Abortus adalah keluarnya janin
sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa getasi belum mencapai 22 minggu dan
beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002).
Jenis- jenis abortus dapat
dibagi sebagai berikut :
1. Abortus apontan : apabila abortus terjadi
tanpa tindakan mekanis atau medis untuk mengosongkan uterus, disebabkan oleh
sebab- sebab alami.
a. Abortus iminens(keguguran mengancam) :
abortus ini baru mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya, pada
abortus ini terdapat nyeri akibat kram pada abdomen bawah atau nyeri pada
punggung bawah, tetapi bisa juga tidak.
b. Abortus incipiens : abortus ini sudah
berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.abortus ini terjadi ketika ada
pembukaan serviks atau ketuban pecah disertai perdarahan dan nyeri pada bagian
abdomen bawah atau pada punggung.
c. Abortu inkompletus (keguguran tidak
lengkap) : sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tapi sebagian (
biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal dalam raahim, yang akan
menyebabkan perdarahan yang bertambah parah atau infeksi, terutama jika aborsi
terjadi pada trimester ke II
d. Abortus kompletus : keguguran lengkap
e. Missed abortus ( keguguran tertunda ) :
keadaan dimana janin telah mati selama 22
minggu tetapi tertahan didalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah
janin mati.
f. Aburtus Habitualis : keguguran berulang ulang, terjadi pada
wanita yang telah mengalami abortus lebih dari tiga kali.
g. Abortus infeksiosus dan abortus septik :
abortus yang disertai infeksi pada genetalia, sedang abortus septik adalah
abortus infeksius berat disertai penyebaran kuman atau toksin kedalam peredaran
darah atau peritonium.
2. Abortus provocatus (disengaja ,
digugurkan) :
a. Abortus provocatus therapeuticus adalah
pengguguran kehamilan, biasanya dengan alat-alat dengan alasan bahwa kehamilan
membahayakan, membawa maut bagi ibu, misalnya karena ibu menderita penyakit
berat.
Pengguguran kandungan buatan
karena indikasi medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, S, 2002).
b. Abortus provocatus criminalis adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
1. Faktor ovofetal yang menyebabkan abortus
adalah kelainan pertumbuhan janin dan kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan
pertumbuhan janin ialah kelainan kromosom, lingkungan kurang sempurna, dan
pengaruh dari luar.
2. Kelainan plasenta disebabkan endarteritis
pada villi koriales yang menghambat oksigenisasi plasenta sehingga terjadi
gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian (Prawirohardjo, S, 2002).
3. Keadaan ibu yang menyebabkan abortus
antara lain:
·
penyakit
Ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,
·
toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan
kematian sehingga terjadi abortus,
·
penyakit
menahun, dan
·
kelainan traktus genitalis, seperti
inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus
(Prawirohardjo, 2002).
4. faktor-faktor hormonal, misalnya penurunan
sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab terjadinya abortus pada usia
kehamilan 10-12 minggu, yaitu pada saat plasenta mengambil alih fungsi korpus
luteum dalam produksi hormon.
- PATOFISIOLOGI
Pada
abortus terjadi perdarahan desidualis, Pelepasan embrio parsial atau komplit
akibat perdarahan kecil didalam desidua. Ketika terjadi kegagalan fungsi
plasenta, uterus mulai berkontraksi sehingga proses abortus mulai. Jika terjadi
sebelum minggu kedelapan, embrio defektif yang tertutup vilidan desidua
cenderung dikeluarkan dalam gumpalan yang disebut blighted ovum, walaupun
sedikit konsepsi dapat tertahan dalam uterus maupun serviks.
Perdarahan
uterus terjadi sewaktu proses pengeluaran, antara minggu kedelapan dan ke empat
belas, mekanisme diatas dapat terjadi. Atau membran ketuban dapat ruptur
sehingga mengeluarkan janin yang cacat, tetapi gagal mengeluarkan plasenta.
Plasenta ini dapat menonjol di osteum serviks eksterna. Atau tetap melekat pada
dinding uterus.
Abortus ini
diikuti oleh perdarahan yang banyak. Antara minggu ke14 dan 22 janin biasanya
dikeluarkan dengan diikuti plasenta beberapa saat kemudian. Plasenta lebih
jarang tertahan. Biasanya perdarahan tidak berat, tetapi rasa nyeri dapat
hebat, sehingga menyerupai persalinan kecil
D. PATHWAS
- MANIFESTASI
KLINIS
1. Abortus komplet
a) Bercak perdarahan hingga perdarahan sedang
b) Servik tertutupo atau terbuka.
c) Yterus lebih kecil dari ukuran normal
d) Gejala sedikit atau tanpa nyeri perut
bawah.
2. Abortus inkompli=et
a) setelah terjadi abortus dengan pengeluaran
jaringan, perdarahan berlangsung terus
b) sering servik tetap terbuka karena masih
ada benda didalam rahim yang dianggap korpus allenum, maka utherus akan
berusaha menelurkannya dengan kontraksi, tetapi kalau keadaan ini dibiarkan
lama, servik akan menutup kembali.
c) Perdarahan sedang hingga masif
d) Gejala / tanda : kram/ nyeriakaut perut
bawah, dan ekspulsi sebagai hasil konsepsi
3. Abortus incipiens
a) perdarahan banyak
b) nyeri akibat kontraksi rahim yang kuat
c) akibat kontraksi rahim terjadi pembukaan
4. Abortus iminiens
a) Perdarahan sedikit
b) Nyeri melilit karena kontraksi tidak ada
atau sedikit sekali,kram perut bawah dan utherus lunak
c) Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
d) Serviks tertutup
5. Missed abortion
a) rahim tidak membesar, malahan mengecil
karenaair ketubanmasrasi janain
b) buah dada mengecil kembali
c) amenore berlangsung terus
- KOMPLIKASI
1. Perdarah pervorasi sering terjadi sewaktu
dilatasi dan kuretasi yang dilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan
atau dukun, stok pada abortus dapat disebabkan oleh perdarahan yang banyak
disebut syok hemorogik, dan infeksi berat atau sepsis disebuyt septik , infeksi
dan tetanus, payah ginjal
2. Pada missed abortion dengan retensi lama
hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah ( kapita selekta
kedokteran ).
- PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik :
1. Test HCG Urine Indikator kehamilan Positif
2. Ultra Sonografi Kondisi
janin/cavum ut terdapat
janin/sisa janin
3. Kadar Hematocrit/Ht Status
Hemodinamika Penurunan (<
35 mg%)
4. Kadar Hemoglobin Status
Hemodinamika Penurunan (< 10 mg%)
5. Kadar SDP Resiko
Infeksi Meningkat(>10.000
U/dl)
6. Kultur Kuman
spesifik Ditemukan
kuman
- PENATALAKSANAAN
1. Abortus imminiens :
a) Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah
baring total
b) Jangan melakukan aktifitas fissik yang berlebihan
atau hubungan seks
c) Jika terjadi perdarahan
1) Berhenti : lakukan asuhan antenatal
seperti biasa, lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi
2) Terus berlangsung : nilai kondisi janin (
uji kehamilan USG ), lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lai,
perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemukan utherus yang lebih besar dari
apa yang diharapkan, mungkib menunjukkan kehamilan ganda atau mola.
3) Tidak perlu terapai hormonal ( estrogen
atau progresteron
)atau tekolitik ( misalnya albutamol atau idometasin ) karena obat obat ini tidak bisa mencegah abortus.
)atau tekolitik ( misalnya albutamol atau idometasin ) karena obat obat ini tidak bisa mencegah abortus.
2. abortus insipiens
a) jika usia kehamilan kurang 16 minggu
lakukan evaluasi uterus denga aspirasi vakum manual, jika evaluasi tidak dapat
segera lakukan :
1) persiapan untuk mengeluarkan hasil konsepsi
dari uterus
2) berikan ergromentin 0,2 mg IM ( dapat
diulang setelah 15 menit bila perlu ) atau misoprostol 400 mcg per oral ( dapat
diulang sesudah 4 jam bila perlu )
b) jika kehamilan lebih dari 16 minggu
1) Tungu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu
evaluasi sisa sisa hasil konsepsi.
2) Jika perliu lakuakn infus 20 unit
oksitosin dalam 500 ml cairan IV
c) Pastikan untuk memantau kondisi ibu
setelah penangan
d) Tirah baring total
e) Tindakan observasi yang cermat terhadap
bahan yang keluar dari vagina.
f) Pengawasanm sering dan adekut terhadap
tanda tanda vital
3. Abortus inkomplet
a)Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan
kehamilan kurang dari 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau
dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui servik.Jika
perdarahan berhenti, beri ergrometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 4090 mcg per
oral
b) Jiak perdarahan banyak atau terus menerus
berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu , evaluasi sisa hasil
konsepsi dengan :
1) Aspirasi vacum manual
2) Evaluasi dengan kuret tajam sebaiknya
hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia
3) Jika evakuasi belum dapat dilakukan
segera, beri ergrometin 0,2 mg IM ( dapat diulang setelah 15 menit bila perlu )
atau misoprostol 400 mcg per oral ( dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu )
c)Jika kehamilan lebih dari 16 minggu :
1) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500
mi cairan IV ( garam fisiologik atau RL ) dengan kecepatan 40 tetes
permenit.sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
2) Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg
pervagina setiap 4 jam samapi terjadi ekspulsi hasil konsepsi ( max 800 mcg )
3) Evaluasi sisa hasil konsepsi yang
tertinggal dalam uterus.
d) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu
setelah penanganan, pada sebagian kasus, supresi laktasi mungkin di perlukan
untuk mencegah perdarahan lebioh lanjut.
4. abortus komplit
a) tidak perlu evaluasi lagi
b) Observasi untuk melihat perdarah banyak
c) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu
setelah penanganan
d) Apabila terjadi anemia sedang, berikan
tablet sulfas ferrosus 600 mg per hari selama 2 minggu.Jika anemia berat
berikan transfusi darah
e) Konseling asuhan pasca keguguran dan
pemantauan lanjut.
- ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pemeriksaaan fisik terhadap jumlah
perdarahan
b. Pemeriksaaan uteri
1) Tinggi dan besarnya tetap dan sesuai
dengan umur kehamilan
2) Tnggi dan besarnya sudah mengecil
3) Fundus tidak teraba diatas simpisis
4) Tinggi fundus 28 cm atau lebih
5) DJJ dalam batas tertentu atau dapat
menunjukkan takikardi/ bradikardi
6) Abdomen keras seperti papan uterus tegang
dan dengnan pembesaran simetris atau asimetris
c. Pemeriksan dalam
1) Servik uteri menutup
2) Servik sudah terbuka dan dapat teraba
ketuban dan hasil konsepsi dalam kavum uteri atau pada kanalis servikalis
3) Besarnya rahim telah mengecil
4) Konsistensinya melunak
d. Kaji TTV
1) TD normal
2) Nadi normal
3) Pernafasan normal
4) Suhu normal.
2. Pengkajian psikologi
a. Cemas ketakutan
b. Gelisah
c. Koping individu
3. Pengkajian data yang mungkin muncul
1) Nyeri dengna hemorogi retrop[lasenta
2) Nyeri tekan nyata atau berat secara umum
atau local
3) Nyeri punggung bawah
4) Hipotensi, takikardi, perlambatan
pengisisn kapiler, kulit dingin dan lembab, pucat, pusing
4. Masalah keperawatan
a. Nyeri akut
b. Perubahan perfusi jaringa
5. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut b/d kontraksi otot, dilatsi
serviks,
b. Perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemia
6. Tujuan interfensi
Untuk mencegah kerusakan pada ibu dan
menyelamatkan kehamilan
Diagnosa
keperawatan
|
Tujuan dan
kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1. nyeri akut b/d kontraksi otot, dilatasi
serviks, trauma jaringan
DS :
·
Cemas
kesakitan, gelisah
·
nyeri
dengan memorasi plasenta
·
nyeri
tekan nyata/berat scara umum /local
·
nyeri
punggung bawah
·
mual
DO :
·
Hipotensi
·
takikardi
·
perlambatan
pengisian kapiler
·
kulit
dingin dan lambat.
Perubahan perfusi jaringan
b/d hipovolemi.
DS :
·
Melaporkan
adanya perdarahan
·
Mual
·
Muntah
DO :
·
Perdarahan
DJJ
·
Hipotensi
·
Takikardi
·
Suhu
meningkat
·
Perdarahan
lebih 500 cc
·
Kulit
dingin.
Resti infeksi berhubungan
dengan tindakan infasif
|
Tujuan :
Klien melaporkan nyeri hilang
kriteria hasil :
·
Nyeri
hilang/ terkontrol
·
Kualitas
nyeri menujukkan sekalanyeri 0-3
·
Ekspresi
wajah tidak tidak meringis
·
Tidak
melakukan perlakuan distraksi dengan melakukan kegiatan yang berulang
·
Respon
otonomik :
Diaporosis (-)
Tekanan darah stabil 120/80 mmHg
Pola nafas efektif 24x/menit dispneu
Klien dapat konsentrasi dan kooperatif
Tujuan :
Dapat mempertahankan / mempernaiki perfusi jaringan
Kriteria hasil :
·
Mendemonstrasikan
perfusi yang adekuat
·
TTV
stabil
·
TD
130/80 mmHg
·
Nadi
80x/menit
·
Kulit
hangat
Tidak terjad perdarahan (
normal tidak lebih dari 500 cc)
Setelah diberikan asuha
keperawatan selama 4 x 24 jam diharapkan klien dapat menerapkan tehnik
kontrol infeksi
Kriteria Hasil :
·
Suhu
37º C
·
Pola
nafas efektif 24x/menit
·
Tidak
terdapat nyeri tekan luka bekas dari drainase dengan tanda awal penyembuhan
tidak terdapat kemerahan
|
Mandiri :
·
tentukan
sifat, lokasi dan durasi nyeri. Kaji kontraksi uterus, hemorogi,retoplasma,
atau nyeri tekan abdomen.
·
Kaji
stres psikologi klien/pasangan dan respon emosional terhadap kejadian
·
Berkan
lingkungan yang tenang untuk menghilangkan rasa nyeri
·
olanorasi
:
·
beri
narkotik / sedatif, berikan obat obat praoperatif bila prosedur pembedahan diindikasikan
·
perhatikan
status fissologi ibu, status sirkulasi dan volume darah.
·
Auskultasi
dan laporkan DJJ catat bradikardi, takikardi, perubahan pada aktifitas janin
·
catat
kehilangan darah ibu dan adanya kontrasi uterus
·
anjurkan
tirah baring dalam posisi miring.
·
infeksi
balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan lepaskan balutan sesuai
indikasi
·
Dorongan
dan masukan cairan oral dan diet tinggi protein vit C dan besi
·
Kaji
suhu, nadi dan jumlah sel darah putih
·
Faal
lokasi dan kontraktifitas uterus, perhatikan perubahan adanya nyeri pad
uterus yang eksterna
·
Berikan
infus antibiotik profilaksi dengan detil pertama biasanya segera setelah
pengekleman tali pusat dan dua dosis lagi masing-masing berjarak 6 jam
·
Dapatkan
kultur darah dan urin bila infeksi dicurigai
·
Berikan
antibiotik khusus untuk proses infeksi yang diidentifikasi
|
·
membantu
dalam mendiagnosa dan memilih tindakan, ketidaknyamanan dihubungkan dengan
aborsi spontan, karena kontraksi uterus yang mungkin diperberat oleh
oksitosin’
·
ansietas
sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat ketidaknyamanan
klien
·
Dapat
membantu dalam menurunkan tingkat ansietas dan karenanya mereduksi
ketidakinyamanan.
·
Meningkatkan
kenymanan, menurunkan resiko kompliksi pembedahan.
·
Kejadian
perdarahan potensialmerusak hasil kehamilan, kemungkinan menyebabkan
hipovolemia/ hipoksia uteroplasenta.
·
mengkaji
berlanjutnya hipoksia janin. Pada awalnya janin berespon pada penurunan kadar
O2 dengan takikardi peningkatan gerakan.
·
bila
kontraksi uterus disertai dilatasi serviks, tirah baring dan medikasi mungkin
tidak efektif dalam mempertahankan kehamilan
·
menghilangkan
tekanan pada VCI sdan meningktakan sirkulasi plasenta/ janin dalam pertukaran
O2
·
Balutan
steril pada kelahiran membantu melindungi luka dari kontaminasi, rembesan
dapat mengganggu hematoma, gangguan penyatuan jaringan dehisens memerlukan
kelanjutan.
·
Mencegah
dan memaksimalkan sirkulasi dan aliran protein dan vitamin diperlukan
pembentukan kol bezi diperlukan sintesis Hb
·
Dalam
paska operasi ketiga leukositas takikardi menunjukkan infeksi, peningkatan
sampai 38º C dalam jam pertama
·
Setelah
kelahiran fundus tetap ketinggian dalam selama sampai lima hari infolusi
mudah dengan peningkatan lokhea.
·
Menurunkan
kemungkinan endometritis paska sesuai komplikasi obses tromboflekbitis
·
Bakterious
lebih pada klien mengalami pecah selama 6 jam dari pada klien ketubannya
tetap sebelum mesecio sesarea
|
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Suatu kehamilan dikatakan abortus apabila
kehamilan tersebut terhenti atau gagal dipertahankan pada usia kehamilan kurang
dari 22 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gr.
Penyebab kelainan hasil konsepsi yaitu :
abnormalitas uteri, kerusakan pada serviks, penyakit-penyakit maternal dan
penggunaan obat, penyakit, trauma. Faktor hormonal, dan kelainan plasenta.
·
Faktor
ovofetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan janin dan
kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan
kromosom, lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar.
·
Kelainan
plasenta disebabkan endarteritis pada villi koriales yang menghambat
oksigenisasi plasenta sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan
kematian (Prawirohardjo, S, 2002).
·
Keadaan
ibu yang menyebabkan abortus antara lain:
·
penyakit
Ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,
·
toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan
kematian sehingga terjadi abortus,
·
penyakit
menahun, dan
·
kelainan traktus genitalis, seperti
inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma uteri, dan kelainan bawaan uterus
(Prawirohardjo, 2002).
·
faktor-faktor
hormonal, misalnya penurunan sekresi progesteron diperkirakan sebagai penyebab
terjadinya abortus pada usia kehamilan 10-12 minggu, yaitu pada saat plasenta
mengambil alih fungsi korpus luteum dalam produksi hormon.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham. F. G. et all. (2006). Obstetri Williams. Jakarta : EGC
Liewell.YN. D. and Jones. (2002).
Dasar-Dasar Obstetric dan Ginekologi.
Jakarta : Penerbit Hipokrates
Sastrawinatan. S. (2002). Obstetri
Patologi. Bandung : FK UNPAD
Sibuea, Daulat perdarahan
selama kehamilan. Retrieved Maret 2009 from http://Www.Geocities.Com/Dien
.Dien.99/Utama.Html.
Arian Saladin. Perdarahan pada
kehamilan muda. Retrieved Maret 1, 2009 from http://www.zwani.com