Senin, 16 November 2009

ANEMIA DALAM KEHAMILAN
A. DEFINISI
Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
(Brunner & Suddarth, 2001)
Dalam kehamilan, seorang wanita dikatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobin dalam darahnya kurang dari 12 g/ 100 ml.
(Hanifa, 2006)
Anemia dapat dibagi menjadi:
Berbagai macam pembagian anemia dalam kehamilan telah dikemukakan oleh para penulis. Berdasarkan penyelidikan data dari Dep.Kes anemia dalam kehamilan dapat dibagi menjadi:
a. Anemia defisiensi besi
b. Anemia megaloblastik
c. Anemia hipopalstik
d. Anemia hemolitik
Anemia yang langsung berhubungan dengan kehamilan adalah anemia defisiensi besi, yang merupakan 95% dari anemia pada wanita hamil.
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang disebabkan karena kurangnya cadangan zat besi pada wanita.
Pengaruh anemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun masa nifas. Berbagai penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah:
 Abortus
 Partus prematorus
 Partus lama karena inertia uteri
 Perdarahan post partum karena atonia uteri
 Syok
 Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum
 Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/100 ml dapat menyebabkan dekompensasi kordis.
B. ETIOLOGI
Penyebab anemia defisiensi besi pada umumnya adalah:
 Kurang gizi (malnutrisi)
 Kurang zat besi dalam diet
 Malabsorbsi
 Kehilangan darah yang banyak
 Penyakit-penyakit kronik
Pada wanita yang hamil cadangan zat besi ini akan berkurang atau mungkin sampai habis. Hal ini dikarenakan kebutuhan janin akan besi sangat besar. Juga disebabkan oleh bertambahnya volume darah yang akan berakibat turunnya kadar Hb.

C. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah yang berlebihan. Kegagalan sumsum (misalnya; berkurangnya eritropoesis) yang terjadi akibat kekurangan nutrisi. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi).
Dalam kehamilan darah bertambah banyak yang lazim disebut dengan hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah.
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian secara fisiologis dalam kehamilan yang bermanfaat bagi wanita. Pengenceran tersebut berguna untuk meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebgai akibat hidremia yang akan menyebabkan cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik.
D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi adalah:
 Tampak lemas
 Sering berdebar-debar
 Mudah lelah
 Pucat
 Sakit kepala yang iritabel
 Konjungtiva oculer berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly white)
E. DIAGNOSIS
Diagnosis anemia defisiensi besi yang berat tidak sulit karena ditandai dengan ciri – ciri yang khas bagi defisiensi besi, yakni mikrositosis dan hipokromasia. Anemia yang ringan tidak selalu menunjukkan ciri – ciri khas itu, bahkan banyak yang bersifat normositer dan normokrom. Hal itu disebabkan karena defisiensi besi dapat berdampingan dengan defisiensi asam folik.
Sifat lain yang khas bagi defisiensi besi adalah:
 Kadar besi serum rendah
 Daya ikat besi serum tinggi
 Protoporfirin eritrosit tinggi
 Tidak ditemukan hemosiderin dalam sumsum tulang.
Pengobatan percobaan dengan besi dapat pula dipakai untuk membuktikan defisiensi besi; jika dengan pengobatan jumlah retikulosit, kadar Hb dan besi serum naik sedang daya ikat besi serum dan protoporfirin eritrosit turun.
F. PENGOBATAN DAN TERAPI
Apabila pada pemeriksaan kehamilan hanya Hb yang diperiksa dan Hb itu kurang dari 10 g/ 100 ml, maka wanita itu dapat dianggap sebagai penderita anemia defisiensi besi, baik yang murni maupun yang dimorfis.
Untuk pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os. Biasanya diberikan garam besi sebanyak 600-1000 mg/hari, seperti sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus. Hb dapat dinaikkan sampai 10g/100 ml atau lebih, asalkan masih ada cukup waktu sampai janin lahir.
Terapi parenteral baru diperlukan apabila penderita tidak tahan akan obat besi per os, ada gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan, atau apabila kehamilannya sudah tua. Besi parenteral diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramuskulus dapat disuntikkan dekstran besi (Imferon) atau sorbitol besi (Jectofer). Hasilnya akan lebih cepat dicapai, hanya penderita merasa nyeri ditempat suntikan.
Juga secara intra vena perlahan-lahan besi dimasukkan, seperti ferrum oksidum sakkaratum (Ferrigen, Ferrivenin, Proferrin, Vitis), sodium diferrat (Ferronascin), dan dekstran besi (Imferon). Akhir-akhir ini imferon banyak di berikan dengan infus dalam dosis total 1000-2000 mg unsur besi sekaligus, dengan hasil yang sangat memuaskan. Walaupun besi intravena dengan infus kadang-kadang menimbulkan efek samping, namun apabila ada indikasi yang tepat, cara ini dapat dipertanggung jawabkan. Komplikasi kurang berbahaya dibandingkan dengan transfusi darah.
Transfusi darah sebagai pengobatan anemia dalam kehamilan sangat jarang diberikan.

G. PENCEGAHAN
Di daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup 1 tablet sehari. Selain itu wanita diberi nasehat pula untuk makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin
H. PROGNOSIS
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau komplikasi lain. Anemia berat yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat menyebabkan abortus, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama, perdarahan post partum, dan infeksi.
Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia defisiensi besi tidak menunjukkan Hb yang rendah, namun cadangan besinya kurang, yang baru beberapa bulan kemudian tampak sebagai anemia infantum.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN
ANEMIA DEFISIENSI BESI

I. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
 Wawancara
 Pemeriksaan fisik
 Pengkajian TTV
• TD normal : 120/80 mmHg – 130/90mmHg
• Nadi normal : 80 x/menit
• Pernafasan normal : 24 x/menit
• Suhu : 37C
 Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan darah untuk mengetahui jumlah kadar Hb
2. Riwayat kesehatan klien
3. Observasi adanya manifestasi anemia
 Manifestasi Umum
• Kelemahan otot
• Mudah lelah
• Kulit pucat
 Manifestasi System Syaraf Pusat
• Sakit kepala
 Syok
• Perfusi perifer
• Kulit lembab dan dingin
• Tekanan darah rendah
• Peningkatan frekuensi jantung
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penurunan O2 ke jaringan
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, tidak mau makan
4. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan sistem pertahanan tubuh
5. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor pembekuan darah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar