Laporan
Pemdahuluan
ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CHOLELITHIASIS (BATU EMPEDU)
I.
Pengertian :
a. Batu saluran empedu : adanya
batu yang terdapat pada sal. empedu
(Duktus Koledocus ).
b. Batu Empedu(kolelitiasis) :
adanya batu yang terdapat pada kandung empedu.
c. Radang empedu (Kolesistitis)
: adanya radang pada kandung empedu.
d. Radang saluran empedu
(Kolangitis) : adanya radang pada saluran empedu.
II.
Penyebab:
Batu di dalam kandung
empedu. Sebagian besar batu tersusun dari pigmen-pigmen empedu dan kolesterol,
selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein.
Macam-macam batu yang
terbentuk antara lain:
1. Batu empedu kolesterol,
terjadi karena : kenaikan sekresi kolesterol dan penurunan produksi empedu.
Faktor lain yang berperan dalam
pembentukan batu:
·
Infeksi kandung empedu
·
Usia yang bertambah
·
Obesitas
·
Wanita
·
Kurang makan sayur
·
Obat-obat untuk menurunkan kadar serum kolesterol
2. Batu pigmen empedu , ada dua macam;
·
Batu pigmen hitam : terbentuk di dalam kandung empedu dan disertai
hemolisis kronik/sirosis hati tanpa infeksi
·
Batu pigmen coklat : bentuk lebih besar , berlapis-lapis,
ditemukan disepanjang saluran empedu, disertai bendungan dan infeksi
3. Batu saluran empedu
Sering dihubungkan dengan
divertikula duodenum didaerah vateri. Ada dugaan bahwa kelainan anatomi atau
pengisian divertikula oleh makanan akan menyebabkan obstruksi intermiten duktus
koledokus dan bendungan ini memudahkan timbulnya infeksi dan pembentukan batu.
III. Pathofisiologi :
Batu empedu hampir selalu
dibentuk dalam kandung empedu dan jarang pada saluran empedu lainnya.
Faktor predisposisi yang
penting adalah :
·
Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu
·
Statis empedu
·
Infeksi kandung empedu
Perubahan susunan empedu
mungkin merupakan faktor yang paling penting
pada pembentukan batu empedu. Kolesterol yang berlebihan akan mengendap
dalam kandung empedu .
Stasis empedu dalam kandung
empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut.
Gangguan kontraksi kandung empedu dapat menyebabkan stasis. Faktor hormonal
khususnya selama kehamilan dapat dikaitkan dengan perlambatan pengosongan
kandung empedu dan merupakan insiden yang tinggi pada kelompok ini.
Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat memegang peranan
sebagian pada pembentukan batu dengan
meningkatkan deskuamasi seluler dan pembentukan mukus. Mukus meningkatkan
viskositas dan unsur seluler sebagai pusat presipitasi. Infeksi lebih sering
sebagai akibat pembentukan batu empedu dibanding infeksi yang menyebabkan
pembentukan batu.
IV. Perjalanan Batu
Batu empedu asimtomatik dapat ditemukan secara
kebetulan pada pembentukan foto polos abdomen dengan maksud lain. Batu baru
akan memberikan keluhan bila bermigrasi ke leher kandung empedu (duktus
sistikus) atau ke duktus koledokus. Migrasi keduktus sistikus akan menyebabkan
obstruksi yang dapat menimbulkan iritasi zat kimia dan infeksi. Tergantung
beratnya efek yang timbul, akan memberikan gambaran klinis kolesistitis akut
atau kronik.
Batu yang bermigrasi ke
duktus koledokus dapat lewat ke doudenum atau tetap tinggal diduktus yang dapat
menimbulkan ikterus obstruktif.
V.
Gejala Klinis
Penderita batu saluran
empedu sering mempunyai gejala-gejala kronis dan akut.
GEJALA AKUT
|
GEJALA KRONIS
|
TANDA :
1.
Epigastrium kanan terasa nyeri dan spasme
2.
Usaha inspirasi dalam waktu diraba pada kwadran kanan atas
3.
Kandung empedu membesar dan
nyeri
4.
Ikterus ringan
|
TANDA:
1.
Biasanya tak tampak gambaran pada abdomen
2.
Kadang terdapat nyeri di kwadran kanan atas
|
GEJALA:
1.
Rasa nyeri (kolik empedu) yang
Menetap
2.
Mual dan muntah
3.
Febris (38,5°°C)
|
GEJALA:
1.
Rasa nyeri (kolik empedu), Tempat : abdomen bagian atas (mid
epigastrium), Sifat : terpusat di epigastrium menyebar ke arah skapula kanan
2.
Nausea dan muntah
3.
Intoleransi dengan makanan berlemak
4.
Flatulensi
5.
Eruktasi (bersendawa)
|
VI. Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium :
1. Leukosit : 12.000 - 15.000
/iu (N : 5000 - 10.000 iu).
2. Bilirubin : meningkat
ringan, (N : < 0,4 mg/dl).
3. Amilase serum meningkat.( N:
17 - 115 unit/100ml).
4. Protrombin menurun, bila
aliran dari empedu intestin menurun karena obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi
vitamin K.(cara Kapilar : 2 - 6 mnt).
5. USG : menunjukkan adanya
bendungan /hambatan , hal ini karena adanya batu empedu dan distensi saluran
empedu ( frekuensi sesuai dengan
prosedur diagnostik)
6. Endoscopic Retrograde
choledocho pancreaticography (ERCP), bertujuan untuk melihat kandung empedu,
tiga cabang saluran empedu melalui ductus duodenum.
7. PTC (perkutaneus
transhepatik cholengiografi): Pemberian cairan kontras untuk menentukan adanya
batu dan cairan pankreas.
8. Cholecystogram (untuk
Cholesistitis kronik) : menunjukkan adanya batu di sistim billiar.
9. CT Scan : menunjukkan
gellbalder pada cysti, dilatasi pada saluran empedu, obstruksi/obstruksi
joundice.
10. Foto Abdomen :Gambaran
radiopaque (perkapuran ) galstones, pengapuran pada saluran atau pembesaran
pada gallblader.
Daftar Pustaka :
1. Soeparman, Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.
2. Sylvia Anderson Price,
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma,
Edisi II.P: 329-330.
3. Marllyn E. Doengoes, Nursing
Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-536.
4. D.D.Ignatavicius dan
M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders
Company, Philadelpia, 1991.
5. Sutrisna Himawan, 1994,
Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251.
6. Mackenna & R. Kallander,
1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone, Melborne :
74 - 76.
VII.
Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat:
·
subyektif : kelemahan
·
Obyektif : kelelahan
2. Sirkulasi :
·
Obyektif : Takikardia, Diaphoresis
3. Eliminasi :
·
Subektif : Perubahan pada warna urine dan feces
·
Obyektif : Distensi abdomen, teraba massa di abdomen atas/quadran kanan
atas, urine pekat .
4. Makan / minum (cairan)
Subyektif
: Anoreksia, Nausea/vomit.
·
Tidak ada toleransi makanan lunak dan mengandung gas.
·
Regurgitasi ulang, eruption, flatunasi.
·
Rasa seperti terbakar pada epigastrik (heart burn).
·
Ada peristaltik, kembung dan dyspepsia.
Obyektif
:
·
Kegemukan.
·
Kehilangan berat badan (kurus).
5. Nyeri/ Kenyamanan :
Subyektif
:
·
Nyeri abdomen menjalar ke
punggung sampai ke bahu.
·
Nyeri apigastrium setelah makan.
·
Nyeri tiba-tiba dan mencapai puncak setelah 30 menit.
Obyektif
:
Cenderung
teraba lembut pada klelitiasis, teraba otot meregang /kaku hal ini dilakukan
pada pemeriksaan RUQ dan menunjukan tanda marfin (+).
6. Respirasi :
Obyektif
: Pernafasan panjang, pernafasan pendek, nafas dangkal, rasa tak nyaman.
7. Keamanan :
Obyektif
: demam menggigil, Jundice, kulit kering dan pruritus , cenderung perdarahan (
defisiensi Vit K ).
8. Belajar mengajar :
Obyektif : Pada keluarga
juga pada kehamilan cenderung mengalami batu kandung empedu. Juga pada riwayat
DM dan gangguan / peradangan pada saluran cerna bagian bawah.
Prioritas Perawatan :
a. Meningkatkan fungsi
pernafasan.
b. Mencegah komplikasi.
c. Memberi
informasi/pengetahuan tentang penyakit, prosedur, prognosa dan pengobatan
Tujuan Asuhan Perawatan :
a. Ventilasi/oksigenasi yang
adekwat.
b. Mencegah/mengurangi
komplikasi.
c. Mengerti tentang proses
penyakit, prosedur pembedahan, prognosis dan pengobatan
Diagnosa Perawatan:
A. Pola nafas tidak efektif
sehubungan dengan nyeri, kerusakan otot, kelemahan/ kelelahan, ditandai dengan
:
·
Takipneu
·
Perubahan pernafasan
·
Penurunan vital kapasitas.
·
Pernafasan tambahan
·
Batuk terus menerus
B. Potensial Kekurangan cairan
sehubungan dengan :
·
Kehilangan cairan dari nasogastrik.
·
Muntah.
·
Pembatasan intake
·
Gangguan koagulasi, contoh : protrombon menurun, waktu beku lama.
C. Penurunan integritas
kulit/jaringan sehubungan dengan
·
Pemasanagan drainase T Tube.
·
Perubahan metabolisme.
·
Pengaruh bahan kimia (empedu)
ditandai dengan :
·
adanya gangguan kulit.
D. Kurangnya pengetahuan tentang
prognosa dan kebutuhan pengobatan, sehubugan dengan :
·
Menanyakan kembali tentang imformasi.
·
Mis Interpretasi imformasi.
·
Belum/tidak kenal dengan sumber imformasi.
ditandai : . pernyataan yang salah.
. permintaan
terhadap informasi.
. Tidak mengikuti
instruksi.
Daftar Pustaka :
7. Soeparman, Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990, Jakarta, P: 586-588.
8. Sylvia Anderson Price,
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa AdiDharma,
Edisi II.P: 329-330.
9. Marllyn E. Doengoes, Nursing
Care Plan, Fa. Davis Company, Philadelpia, 1993.P: 523-536.
10. D.D.Ignatavicius dan
M.V.Bayne, Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, W. B. Saunders
Company, Philadelpia, 1991.
11. Sutrisna Himawan, 1994,
Pathologi (kumpulan kuliah), FKUI, Jakarta 250 - 251.
12. Mackenna & R. Kallander,
1990, Illustrated Physiologi, fifth edition, Churchill Livingstone, Melborne :
74 - 76.
Asuhan
keperawatan :
I. Indentitas klien :
·
Nama :Tuan IL , 38 tahun, laki-laki.
·
Alamat : Jalan Makmur, Bekasi.
·
Status : Kawin.
·
Agama : Islam
·
Pendidikan : SMP
·
Pekerjaan : Pedagang.
·
Suber informasi : Klien dan istri.
·
Tanggal masuk RS : 29 April 1998.
·
Diagnosa Masuk : Kolangitis, Kolesistitis, Kolelitiasis.
II. Status Kesehatan saat ini :
Alasan kunjungan/ keluhan utama : 1 bulan sebelum masuk RS. Klien
merasa nyeri perut kanan atas, nyeri tidak menjalar, nyeri bila menarik nafas,
nyeri seperti ditusuk. Panas naik turun hingga menggigil, bila nyeri klien
menjadi sesak. selama di rumah diberikan obat promag keluhan hilang tetapi
hanya sementara. sehari sebelum masuk RS dirasa nyeri timbul lagi shg klien.
III. Riwayat Kesehatan yang lalu
: Pada usia 12 tahun klien pernah bengkak diseluruh tubuh dan tidak pernah
berobat, sembuh sendiri. belum pernah operasi dan dirawat di RS, tak ada alergi
terhadap makanan dan obat-obatan , Klien merokok 1/2 bungkus per hari dan minum
kopi 2x sehari. Kien terbiasa minum obat sendiri bila sakit tak pernah berobat
ke dokter atau ke puskesmas . Frehuensi makan 3x sehari , berat badan waktu
masuk ke RS 50 kg. makanan yang disukai supermi, Tak ada makanan yang pantangan. sedangkan makanan yang tidak
disukai adalah gorengan dan makanan yang mengandung santan. nafsu makan baik.
Frekuensi bab 1 x sehari konsistensi padat, sedangkan kencing rata-rata 6 x
sehari, tak ada keluhan dalam eliminasi. klien tidak terjadwal dalam memenuhi
pola istirahat dan tidur, kadang-kadang sampai pk. 23.00 Kegiatan waktu luang
membuat meja dan kursi. Klien hidup bersama seorang istri dan 4 orang anaknya,
2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan.
IV. Riwayat lingkungan
Kebersihan,lingkungan cukup, kondisi rumah luas, dengan enam kamar,
tinggal dirumah dengan lingkungan yang ramai (padat bukan karena polusi atau
kendaraan bermotor).
V. Aspek PsikoSosial :
Pola pikir sangat sederhana karena ketidaktahuan informasi dan
mempercayakan sepenuhnya dengan rumah sakit. Klien pasrah terhadap tindakan
yang dilakukan oleh rumah sakit asal cepat sembuh. Persepsi diri baik, klien merasa nyaman,
nyeri tidak timbul sehubungan telah dilakukan tindakan cholesistektomi.
Hubungan klien dan perawat baik, akomodatif, dengan bahasa indonesia yang cukup
baik. Klien tidak mengeluh tentang biaya pengobatan/perawatan karena klien
sudah menyiapkan sebelum masuk rumah sakit. Klien beragama Islam, sholat lima
wakt, hanya kadang-kadang ia lakukan.
Dirumah sakit klien tidak sholat karena menurutnya ia sakit.
Pengkajian
Fisik :
1. Aktivitas/istirahat:
Klien merasakan lemah, mobilisasi duduk, merasa sakit pada lokasi drain
bila posisi berubah dari berbaring ke duduk. Sore tidur 2 jam, malam tidur
mulai jam 10.00. Kadang-kadang terganggu oleh keramaian pasien lain.
2. Sirkulasi :
Sinus normokardia, suhu subfebris 37,5
c , Denyut nadi :90 kali permenit.
3. Eliminasi
Klien bab 1 kali sehari, konsistensi lembek, warna kuning, jumlah urine
1500 cc/24 jam.
4. Makan/minum ( cairan )
·
Sering regurgitasi, keluar cairan kurang lebih 200 cc/24 jam
·
Diet cair (DH I) dihabiskan , 1200 kalori dalam 900 cc /24 jam
·
Minum air putih 1500 cc/24 jam
·
Peristaltik normal (20 30
kali/menit)
·
Selama tujuh hari intake scara
parenteral , yaitu amilase dan RD
·
tidak kembung
·
Klien tampak kurus (BB: 47,7Kg)
5. Nyeri/Kenyamanan
Tidak timbul rasa nyeri, hanya kadang-adang sakit, pada waktu perubahan
posisi dari baring ke duduk.
6. Respirasi :
·
Respirasi normal : 20 kali /menit
·
Klien merasa nyaman bernafas bila duduk.
7. Keamanan :
·
Suhu klien 37,5 C (subfebris)
·
Sklera tampak icterik, kulit agak kering
·
Tampak plebitis (kemerahan) pada bekas infus dilengan kiri dan kanan
8. Klien telah dilakukan
operasi Cholecistektomi tanggal 30 April 1998. Sekarang ia mengalami perawatan
hari ke delapan . Terpasang drainase T. Tube, produksi cairan hijau pekat
500cc/24 jam
Pemeriksaan
Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
tanggal 29 April 1998 :
·
H B . 10,7 (13-16)
·
Hematokrit : 31 ( 40 - 48 )
·
Leukosit : 154.00 ( 50,00 - 100,00)
·
Trombosit : 328,00 ( 200.00 -
500.00)
·
Bilirubin Direck : 6,1 (
·
Bilirubin Indireck : 1,8 (
·
Bilirubin total :7,9 (0,3
- 1,0)
·
Protein total : 5,7 ( 6 - 7,8 )
·
Albumin :2,7 ( 4 - 5,2)
·
Globulin : 3,0 (1,3 - 2,7 )
·
Amilase darah :108 (17 - 115)
·
SGOT : 70 ( < 37), SGPT : 58
(< 41 )
·
Natrium darah :132 (135 - 147)
·
kalium darah :3,2 (3,5 - 5,5 )
·
Klorida darah : 105 (100 - 106)
2. Pemeriksaan Diagnostik lain:
·
Ultrasonografi tanggal: 24 April l998
Kesan:Batu pada CBD yang
menyebabkan obstruksi
Cholesistitis
·
Cholesistografi tanggal 29 April 1998
Hasil : Tampak selang T-tube setinggi
Thoracal XII kanan
3. Elektro
kardiografi tanggal: 28 April 1998
Hasil :
SR, QRS rate 60/menit
ST, T Changes negatif
4.
Cholesistektomy, 29 April 1996 :
·
keluar pus 10 cc, di kultur belum ada hasil
·
ekstrasi batu, keluar batu besar dan kecil dan lumpur.
·
dipasang T-tube dan CBD (Commond
Bile Duct)
Pengobatan :
·
2 x 1 gr Cefobid (IV)
·
1 x 2 cc Vit B Comp (IM)
·
1 x 200 mg Vit. C (IV)
Persepsi klien
terhadap penyakitnya :
Klien merasa optimis untuk sembuh dengan upaya
pembedahan dan saat ini tidak merasakan sakit atau nyeri seperti sebelum
operasi.
Kesan perawat
terhadap klien :
Klien koperatif dan komunikatif, dan mempunyai
motivasi untuk sembuh
Kesimpulan :
Dari data yang didapatkan dapat disimpulkan masalah
yang ada saat ini adalah:
1. Potensial gangguan
keseimbangan cairan
2. Gangguan integritas kulit
3. Kurangnya pengetahuan
tentang penyakit prognosis dan program pengobatan
NAMA KLIEN : ASUHAN KEPERAWATAN
BANGSAL/TEMPAT:
MATA
AJARAN : KMB
No
|
DIAGNOSA PERAWATAN
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1.
|
Potensial
gangguan keseimbangan cairan sehubungan dengan :
·
Kehilangan
cairan dr nasogatric.
·
Muntah
·
Gangguan
koagulasi darah : protrombin menurun, waktu beku lama.
Data Subyektif :
Data Obyektif :
·
Muntah
200 cc
·
Diit
cair : DiitHepar I 900 cc
·
Plebitis
positf bekas infus pada tangan kiri.
·
T-tube
: keluar cairan 200 cc, warna hijau keruh
·
Suhu
37,5 C
·
Turgor
kulit sedikit menurun
·
Mukosa
mulut baik
·
Hb
: 10,7 gr%
·
Ht : 31 gr/dl
·
Natrium
: 132 meq/L
·
Kalium
: 3,2 meq/L
·
Chlorida
: 105 meq/L
|
Menunjukkan
keseimbangan cairan yg adekuat, ditandai dengan :
·
Selaput
membran yg lembab.
·
Turgor
kulit baik.
·
Urine
normal 1500 cc/24 jam
·
Out
put normal, tdk ada muntah.
|
1.
Monitor
intake & output, drainase dari
T-tube, dan luka operasi. Timbang BB secara periodik
2.
Monitor
tanda vital, kaji mukosa membran,
tur-gor kulit, nadi perifer.
3.
Observasi
tanda perda-rahan contoh: hemate-mesis, ptekie, ekimosis
4.
Gunakan
jarum injeksi yang kecil dan tekan bekas tusukan dalam waktu yang lama
5.
Gunakan
sikat gigi yang lembut
KOLABORASIi
:
6.
Monitor
hasil pemeri-ksaan Hb, elektrolit, pro-trombin, Cloting time dan bleeding
time
7.
Berikan
cairan intra-vena, produksi darah sesuai dengan indikasi
8.
Berikan
cairan elektrolit
9.
Beri
Vitamin K (IV)
|
1.
Memberikan
imformasi ttg kebutuhan & fungsi organ tubuh. Khususnya cairan empedu
yang keluar 200 - 500 ml, penurunan cairan empedu yang masuk ke
intestine. Keluarnya cairan empedu
terus menerus dalam jumlah yg banyak, menandakan adanya ob-struksi, kadang -
kadang adanya fistula pd empedu. Indikasi yg adekuat pada volume sirkulasi
/perfusi.
2.
Protrombin
menurun dan terjadi waktu pembekuan lama ketika adanya ob struksi saluran
empedu. Meningkat pada resiko perdarahan.
3.
Mengurangi
trauma, resiko perdarahan / hematom
4.
Menghindari
trauma dan perdarahan gusi
5.
Memberikan
informasi volu me sirkulasi , keseimbangan elektrolit dan faktor pem bekuan
darah
6.
Mempertahankan
volume sirkulasi yang adekuat dan mengembalikan faktor pembekuan yang adekuat
7.
Mengoreksi
hasil dari ketidak seimbangan dari pengeluaran gastrik dan luka
8.
volume
sirkulasi & mem-perbaiki ketidak seimba-ngan.
9.
Meningkatkan
atau mem- percepat proses pem- bekuan.
|
1.
Memonitor
dan mencatat intake cairan atau minum ,output dari T-tube, perda rahan luka
operasi dan urine.
2.
Mengobservasi
tanda vital Tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan respirasi, turgor dan
mukosa mem-bran.
3.
Melakukan
observasi ada nya perdarahan pd daerah luka operasi, ple-bitis / hematom pada
bekas pemasangan infus di lengan.
4.
Memberikan
suntikan dgn jarum kecil dan menekan
bekas tusukan kurang lebih 5 menit.
5.
Menganjurkan
klien untuk menggosok gigi dengan sikat gigi yang lembut
6.
Melakukan
pemganbilan darah untuk pemeriksaan : albmin, globulin, Hb, Ht, Lekosit,
trombosit, Na,K, Cl.
7.
Infus
amilase dan RD telah dilepas satu hari yang lalu (30 April 1996)
8.
Tidak
diberikan karena tidak ada indikasi
9.
Tidak
diberikan karena klien tidak dapat terapi tersebut
|
Tgl 1 Mei 1996
S : Klien masih me rasa mual ,
sang- gup mengosok gigi dan berkumur.
O : Klien muntah 50 cc . Turgor kulit membaik, Intake :2500
cc, output 1500 cc, IWL 600 cc, T-tube 200 cc,Balance cairan -200 cc. TD:
120/80 mmHg, Nadi : 88x/menit, Suhu: 37.5 C, RR : 20x/menit, ple bitis pada tangan kiri bekas pengam
bilan darah dan infus
A: Klien masih me merlukan
penga wasan dalam ke seimbangan cai ran
P: Intervensi tetap
diteruskan sambil observasi intake dan out put dan tanda-tanda vital. Sambil
menunggu hasil laboratorium yang lain.
|
2.
|
Penurunan
integritas kulit atau jaringan sehubu ngan dengan :
·
Pemasangan
drai-
nase
(T-tube)
·
Perubahan
metabo-lisme.
·
Pengaruh
bahan kimia (empedu)
Ditandai
adanya gang-guan kulit :
Data
Subyektif :
·
Klien
mengatakan : Kapan selang saya dicabut dan lukanya dapat capat sembuh karena
ingin mandi bebas selama ini hanya dilap dgn whaslap.
·
Banyak
berkeringat & membuat badan tdk enak & gatal-gatal.
·
Posisi
tidur tdk enak krn ada luka operasi & selang.
·
Matanya
masih kuning tapi sudah berkurang dr sebelumnya.
Data
Obyektif :
·
Masih
terpasang T-tube difiksasi ke tempat tidur.
·
Jumlah
cairan empe du yg keluar 200cc.
·
Badan
masih ikterus terutama sklera mata.
·
Posisi
tidur/ istirahat semifowler dan ber sandar di tempat tidur diganjal dgn
bantal.
·
Luka
Operasi tdk tampak tanda-tan da infeksi.
·
Terapi
2 x 1gram Ce fobit (IV).
·
Lab
Hasil bilirubin tgl 30-4-96. meningkat.
·
Klien
imobolisasi su dah 7 hari
|
Adanya
pemulihan lu- ka tanpa komplikasi
Kriteria:
Perilaku
yg meningkat terhadap pemulihan luka
|
1.
Cek
T-tube dan luka insisi, upayakan agar aliran bebas/lancar .
2.
Observasi
warna dan sifat drainase. Gunakan ostotomi bag yang disposible
3.
Pertahankan
posisi selang drainase tube di tempat tidur
4.
Atur
posisi semi fowler
5.
Observasi
sedakan, distensi abdomen,
peritonitis dan pankreatitis
6.
Ganti
pakaian klien, higiene kulit, disekitar luka insisi.
7.
Observasi
perubahan warna kulit sclera dan urin
KOLABORASI
:
1.
Beri
antibiotik sesuai indikasi.
2.
lakukan
penghentian T tube secara berkala mencoba slang saluran empedu sebelum
di-angkat
3.
Siapkan
pembedahan bila diperlukan.
4.
Monitor
hasil lab: Contoh : Leukosit
|
1.
Pemasangan
T-tube di CBD selama 7 - 10 hari untuk mengeluarkan sisa-sisa batu. Tempat
insisi untuk mengeluarkan sisa-sisa cairan pada empedu. Koreksi posisi untuk
mencegah cairan kembali ke empedu.
2.
Drainase
berisi darah dan sisa darah, secara normal berubah warna hijau tua (warna
empedu) sesudah beberapa jam pertama. Ostotomi mungkin digunakan untuk
mengumpulkan cairan dan melindungi kulit
3.
Mempertahankan
lepasnya selang atau pembentukan lumen
4.
Mempermudah
aliran em pedu
5.
Lepasnya
T-tube dapat menyebabkan iritasi dia fragma atau komplikasi yg serius jika
saluran empedu masuk ke dalam perut atau sumbatan pada salu ran pankreas
6.
Menjaga
kebersihan kulit disekitar insisi dapat mening katkan perlindungan kulit ter
hadap ulserasi.
7.
Perkembangan
ikterik dpt diindikasikan sebagai ob- struksi sal. empedu.
·
Untuk
mengurangi infeksi atau abses
·
Untuk
mengetes kemam- puan saluran CBD sebelum T tube diangkat.
·
Tindakan
insisi atau dra inase/fistulektomi dilakukan untuk mengobati abses atau
fistula.
·
Peningkatan
leukosit seba
gai
gambaran adanya proses imflamasi contoh abses atau terjadinya
peritonitis/pankeatitis.
|
1.
Dressing
luka insisi tiap pagi dan atur posisi drain agar tetap lancar
2.
Melakukan
observasi war-na, jumlah cairan drainase.
3.
Mencek
posisi selang dan memfiksasi selang drainase ditempat tidur
4.
Mengatur klien posisi semi fowler dan posisi
duduk
5.
Mengobservasi adanya sedakan, distensi
abdomen, peritonitis dan pankreatitis
6.
Mengganti
pakaian tiap pagi dan sore, bersama istri klien membersihkan kulit dengan
sabun dan air.
7.
Melakukan
observasi ter hadap kulit, sclera mata dan warna urin.
·
Memberikan
injeksi Cefobit 1 gram (IV) jam 08.00
pagi.
·
Melakukan
klem pada slang saluran empedu
·
Tindakan
tidak dilakukan sebab tidak ada indikasi.
·
Melakukan
pengambilan untuk pemeriksaan peme riksaan leukosit.
|
tanggal
1`mei 96.
S:
Kliem mengatakan masih merasa terganggu dgn adanya drain t-tube, sudah dpt
istirahat/tidur dgn posisi semofowler.
O:
Mandi 2x sehari dibantu istri menggunakan sabun & sikat gigi yg lembut.
menggunakan bedak/powder utk tubuh, baju bersih & kering, dapat tidur
siang selama 2 jam dgn posisi semifowler, luka operasi/daerah pemasangan
drain tdk ada tanda infeksi & balutan dlm keadaan bersih & kering.
Lingkungan klien (tempat tidur) dalam keadaan bersih dan rapih. Injeksi
antibiotik 1 gram Cefobit sudah diberikan.
Hasil
lab. ulang belum ada.
A:
Masalah penurunan integritas kulit masih ada.
P
: Lanjutkan intervensi terutama pertahankan/tingkatkan personal higiene ,
tingkatkan mobilisasi/jalan sesuai kemampuan.
|
3.
|
Kurang
pengetahuan tentang kondisi prog nosa dan kebutuhan pengobatan, sehubu ngan
dgn : menanya kan kembali ttg imfor masi, menanyakan kem bali informasi,
belum /tidak kenal dengan sumber imformasi ditan- dai :
·
Pernyataan
yang salah.
·
Permintaan
thd im- formasi.
·
Tidak
mengikuti ins- truksi.
Data
subyektif
:
·
klien
menyatakan bahwa tdk mengerti ttg proses penyakit, prosedur pembe-dahan &
pengoba-tan karena tdk ada yg memberi tahu, dan dokter memberi tahu bahwa
saya harus operasii.
|
·
Secara
verbal me ngerti akan proses penyakit, pengoba tan dan prognosis pembedahan.
·
Melakukan
koreksi thd prosedur yang penting & menjelaskan reaksi dr tindakan.
·
Menilai
perubahan gaya hidup dan ikut serta dalam pengobatan
|
1.
Kaji
ulang pada klien ttg pengetahuan pro- ses penyakit , prosedur pembedahan ,
prog- nosa.
2.
Ajarkan
perawatan insisi atau membersihkan luka .
3.
Anjurkan
agar aliran T Tube dikumpul;kan dlm kantong dan catat pengeluarannya.
4.
Pertahankan
diit rendah lemak selama ±
4 - 6 bulan.
5.
Hindari
alkohol,
6.
Anjurkan
klien utk men-catat dan menghindari makanan yg dpt me-nyebabkan deare.
7.
Identifikasi
tanda/ gejala : urine keruh, warna kuning pada mata/kulit, warna feses.
8.
Kaji
ulang keterbatsan aktifitas, tergantung situasi individu.
|
1.
beri
pengetahuan dasar pada klien sehingga klien dapat memilih imformasi yang
dibutuhkan.
2.
Akan
mengurangi ketergan ungan dalam perawatan, dan menurunkan resiko kom likasi.
(infeksi, obstruksi empedu)
3.
Menurunkan
resiko aliran balik pada slang T-tube. Memberi informasi ttg kembalinya edema
saluran/ fungsi saluran.
4.
Selama
enam bulan setelah pembedahan bo-leh
sedikit diberikan rendah makanan rendah lemak utk memberikan rasa nyaman
karena ggn sistim pencernaan lemak.
5.
Meminimalkan
resiko terja- dinya penkreatitis
6.
Pembatasan
diityang pasti mungkin dapat menolong misalnya dgn diit rendah lemak. Sesudah
periode pemulihan pasien tdk me-ngalami masalah yg ber-hubungan dgn makanan.
7.
Merupakan
indikai sumba-tan saluran empedu/ ggn degestif, dpt digunakan utk evaluasi
& intervensi
8.
Kebiasaan
aktifitas dapat dimulai lagi secara normal dalam waktu 4 - 6 minggu
|
1.
Menanyakan
seberapa jauh klien mengetahui ttg proses penyakit, prosedur pembedahan serta
prog-nosa.
2.
Menganjurkan
klien untuk menjaga balutan luka agar tetap bersih dan kering.
3.
Menganjurkan
klien untuk mencatat pengeluaran cairan yang terkumpul di kantong T tube.
4.
Memberitahu
pasien agar 4 - 6 bulan diberi diit rendah lemak.
5.
Menganjurkan
klien utk tidak minum alkohol.
6.
Melakukan
diskusi dengan klien dan keluarga utk menghindari makanan yg dpt menimbulkan
deare.
7.
Memberitahu
utk mengi-dentifikasi & mencatat tan-da & gejala : urin keruh, warna
kuning pada mata dan kulit & warna feses.
8.
Menganjurkan
klien utk membatasi aktifitas selama 4 - 6 minggu
|
Tgl
1 mei 1996
S :Klien
menga-takan bahwa telah mengerti ttg pro-ses penyakit & prosedur
pembe-dahan yg telah dilakukan, klien sanggup utk men-jaga luka tetap bersih
& kering, klien sanggup me-ngikuti diit lemak & tdk merokok.& tdk
akan minum al kohol.
O:Kien dapat
menyebutkan atau menjawab dengan benar : operasi tujuannya utk mengeluarkan
batu empedu, dipasang drain utk mengeluarkan cairan sisa -sisa operasi,
posisi se-mifowlwer/duduk agar cairan keluar lancar, suntikan agar lukanya
capat sembuh. Balutan luka ke-ring, urine kuning , mata sedikit ikte-rus
feses lembek kuning.
A: Pengetahuan kli en ttg.
peny, pe nyebab, prognosa , faktor resiko yg terjadi.
P :lanjutkan Inter-vensi nomor
4, 5, 7, 8 ,9. diteruskan. Dischart planing :
1.
Diit
rendah le-mak (kola-borasi).
2.
Mengurangi
aktifitas sesuai anjuran 4 - 6 bln.
3.
Control
teratur
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar