BENIGN PROSTATIC HIPERPLASI ( BPH )
A. DEFINISI
BPH adalah kondisi
patologis yang paling umum pada pria lansia dan penyebab paling sering untuk
intervensi medis pada pria di atas usia 60 tahun. (Smeltzer
: 2001 ; 1625).
B. ETIOLOGI
Belum
diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasi prostat. Tetapi beberapa
hipotesis yang erat kaitannya dengan hiperplasi prostat adalah :
1.
Peningkatan kadar dihidrotestoteron dan
proses aging (menjadi tua)
2.
Adanya ketidakseimbnagan estrogen –
progesterone
3.
Interaksi antara sel stroma dan sel
epitel prostat
4.
Berkurangnya kematian sel
- Teori stem sel ( Purnomo : 2003 ; 70 )
C. PATOFISIOLOGI
Pembesaran
prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan menghambat aliran
urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesika. Untuk
mengeluarkan urine, buli –buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan
tahanan itu. Kontraksi yang ters-menerus ini menyebabkan perubahan anatomic
buli-buli berupa hipertropi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya selula,
sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut,
oleh pasien dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau
lower urinary truct system ( LUTS ) yang dahulu dikenal dengan gejala
prostatismus.
Tekanan
intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluk
vesikoureter. Keadaan ini jika berlangsung terus-menerus mengakibatkan
hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.
Obstruksi
yang diakibatkan oleh hiperplasia prostat benigna tidak hanya disebabkan oleh
adanya massa prostat yang menyumbat uretra posterior, tetapi juga disebabkan
oleh tonus otot polos yang ada pada stroma prostat, kapsul prostat, dan otot
polos pada leher buli-buli. Otot polos itu dipersarafi oleh serabut simpatis
yang berasal dari nervus pudendus.
Pada
BPH terjadi rasio peningkatan komponen stroma terhadap epitel. Kalau pada
prostat normal rasio stroma disbanding dengan epitel adalah 2:1, pada BPH
meningkat menjadi 4:1, hal ini menyebabkan pada BPH terjadi peningkatan tonus
otot polos prostat dibandigkan dengan prostat normal. Dalam hal ini massa prostat
yang menyebabkan komponen static sedangkan tonus otot polos yang merupakan
komponen dinamik sebagai penyebab obstruksi prostat. (
Purnomo : 2003 ; 72 )
D. MANIFESTASI KLINIS
Komplek
gejala obstruktif dan iritatif (Prostatisme) mencakup :
§ Peningkatan
frekuensi berkemih
§ Nocturia
§ Dorongan
ingin berkemih, anyang-anyangan
§ Abdomen
tegang
§ Penurunan
volume urine dan harus mengejan saat berkemih
§ Urine
terus menetes setelah berkemih ( dribbling )
§ Retensi
urine, kekambuhan ISK ( Infeksi Saluran Kemih )
- Anureksia, mual muntah, rasa tidak nyaman pada epigastrik. ( Smeltzer : 2001 ; 1625 )
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
v Urinalisa : warna , PH urine, dan menunjukkan infeksi.
v Kultur
urine : menunjukkan stapilococcus
aureus, proteus, klebsiela, pseudomonas, atau escherichia coli.
v BUN/kreatinin
v IVP
( intra venous pielography ) :
menunjukkan perlambatan penosongan kandung kemih.
v Sistouretroskopi : penggambaran derajat pembesaran
prostat.
v Sistometri
: mengevaluasi fungsi otot destrusor dan tonusnya.
v Ultrasound
transrektal : mengetahui ukuran prostat, jumlah residu. (
Doenges : 1999 ; 672
)
F.
PENATALAKSANAAN
Tujuan
penatalaksanaan adalah :
1
Memperbaiki
keluhan miksi
2
Meningkatkan kualitas hidup
3 Mengurangi obstruksi intravesika
4 Menurunkan volume residu urine setelah
miksi
5
Mencegah progesifitas penyakit
Pilihan
penatalaksanaan BPH
Observasi
|
Medikamentosa
|
Operasi
|
Invansif
minimal
|
Watchful waiting
|
-penghambat
adrenergik_a
- Penghambat
reduktase_a
-
Fitoterapi
- Hormonal
|
Ø Prostatektomi
Ø Endourologi
-
TURP
-
TUIP
-
TULP
|
v TUMT
v TUBD
v Stent
uretra
v TUNA
|
( Purnomo : 2003 ; 78 )
PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
§ Apakah
pasien cukup aktif untuk usianya
§ Penurunan
aliran urine
§ Penurunan
kemampuan untuk berkemih
§ Sering
berkemih, disuria dan hematuria
§ Nyeri
pinggang dan punggung
§ Ketidaknyaman
abdomen dan supra pubis
§ Riwayat
keluarga mengenai kanker dan gagal ginjal
§ Penurunan
BB
2. DIAGNOSA
KEPERAWATAN & INTERVENSI
Menurut
Doenges ( 1999 : 673-685)
i)
Retensi urine (akut/kronik) b/d obstruksi
mekanik, pembesaran prostat.
Tujuan :
Pasien mampu mengosongkan kandung kemih dengan lengkap
Intervensi
:
-
Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam
-
Observasi aliran urine
-
Pertahankan intake dan output cairan
sampai 3000L
-
Awasi TTV
-
Berikan obat sesuai dengan indikasi
ii)
Nyeri b/d iritasi mukosa, distensi
kandung kemih.
Tujuan : Nyeri berkurang
Intervensi :
-
Kaji nyeri,lokasi,dan karakteristik
-
Berikan tindakan yang nyaman
-
Pasang kateter
-
Berikan obat sesuai dengan indikasi ;
narkotik
-
Antispasmodic dan sedatif
iii)Kekurangan
volume cairan b/d disfungsi ginjal
Tujuan
: Tidak terjadi kekurangan
volume cairan
Intervensi :
-
Awasi intake dan output cairan
-
Awasi elektrolit terutama natrium
-
Anjurkan untuk penngkatan pemasukan oral
-
Beri cairan IV sesuai dengan kebutuhan
iv)Ancietas b/d prosedur
pembedahan
Tujuan : Pasien tampak rilek
Intervensi :
-
Bina hubungan saling percaya dengan
pasien/kelurga
-
Berikan informasi tentang prosedur dan
tes yang akan dilakukan
-
Dorong pasien/keluarga untuk mengatakan
masalah
-
Beri penguatan informasi yang telah
diberikan.
v)
Perubahan eliminasi urin b/d bekuan
darah, trauma, prosedur bedah.
Tujuan : Pasien berkemih dengan jumlah
normal tanpa retensi
Intervensi :
-
Kaji keluaran urine dan system kateter
-
Bantu pasien memilih posisi normal untuk
berkemih
-
Anjurkan pasien untuk berkemih bila ada
dorongan
-
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
cairan 3000 L
-
Pertahankan irigasi kandung kemih
vi)Resti infeksi b/d
prosedur invansif, irigasi kandung kemih.
Tujuan
: tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
Intervensi :
-
Pertahankan kateter steril
-
Awasi TTV
-
Observasi drainase luka
-
Ganti balutan sering dengan prinsip
steril
-
Berikan antibiotik sesuai indikasi
vii)
Resti disfungsi seksual b/d situasi
krisis ( incontinensia urine, keterlibatan area genital )
Tujuan
: tidak ditemukan tanda-tanda
disfungsi seksual dan pasien melaporkan ansietas menurun
Intervensi :
-
Berikan pada pasien keterbukaan
-
Berikan informasi akurat tentang harapan
kembalinya fungsi seksual
-
Diskusikan dasar anatomi dan jujur
menjawab pertanyaan pasien
-
Diskusikan ejakulasi retrograd bila
dilakukan transuretral
-
Rujuk ke penasehat seksual sesuai
indikasi
3. EVALUASI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar