Jumat, 04 Desember 2009

ASKEP ISPA PADA ANAK
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dewasa ini makin bertambahnya jumlah penduduk maka makin kompleks pula penyakit yang dialami masyarakat kita. Salah satunya penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang biasa terjadi pada anak-anak. Merupakan suatu penyakit infeksi pada saluran pernafasan atas maupun bawah.
Mikroorganisme mempunyai kemampuan untuk menyebabkan penyakit saluran nafas bagian atas primer. Organisme yang sama mungkin menyebabkan infeksi yang tidak nyata atau gejala klinis dengan derajat serta luas yang berbeda sesuai dengan faktor-faktor pejamu seperti umur, jenis kelamin dll.
Penyakit infeksi dan kurang gizi masih termasuk penyebab kematian balita (bayi di bawah lima tahun) di Indonesia. Angka kematian bayi (AKB) saat ini masih dirasa tinggi: 52 per 1.000 kelahiran hidup dalam setahun. Jika dibandingkan 1970 yang mencapai AKB 145, angka 52 itu jelas menurun jauh. Maklum, penurunan itu didapat berkat program imunisasi dari pemerintah kepada balita secara gratis di Puskesmas sejak 1977. Program imunisasi meliputi BCG (antituberkulosis), tetanus, polio, campak, dipteri (antiinfeksi saluran pernapasan), pertusis (antibatuk rejan), dan hepatitis B, serta didukung pemberian gizi cukup, seperti air susu ibu, makanan bervitamin dan buah-buahan.
ISPA sendiri sempat dijuluki sebagai pembunuh utama kematian bayi serta balita di Indonesia. Tentu saja hal itu merujuk pada hasil Konferensi Internasional mengenai ISPA di Canberra, Australia, pada Juli 1997, yang menemukan empat juta bayi dan balita di negara-negara berkembang meninggal tiap tahun akibat ISPA. Pada akhir 2000, diperkirakan kematian akibat pneumonia -sebagai penyebab utama ISPA- di Indonesia mencapai lima kasus di antara 1.000 bayi/balita. Artinya, pneumonia mengakibatkan 150 ribu bayi atau balita meninggal tiap tahunnya, atau 12.500 korban per bulan, atau 416 kasus sehari, atau 17 anak per jam, atau seorang bayi tiap lima menit.
Pada 1995, hasil survei kesehatan rumah tangga melaporkan, proporsi kematian bayi akibat penyakit sistem pernapasan mencapai 32,1 persen, sementara pada balita 38,8 persen. Dari fakta itulah, kemudian pemerintah Indonesia menargetkan penurunan kematian akibat pneumonia balita sampai 33 persen pada 1994-1999, sesuai kesepakatan Declaration of the World Summit for Children pada 30 September 1999 di New York, AS. Sementara itu, berdasarkan Program Pembangunan Nasional (Propenas) bidang kesehatan, angka kematian lima per seribu, pada 2000 akan diturunkan menjadi tiga per seribu pada akhir 2005.
Hingga akhir 2001, Mataram, Nusa Tenggara Barat mencatat ISPA sebagai penyakit yang paling banyak diderita masyarakat: 206.144 orang. Sementara, penderita Pneumenia mencapai 41.865 orang. Jakarta sendiri juga mencatat ISPA sebagai penyakit yang paling banyak diderita warganya: 1997 (784.354 orang), 1998 (827.407 orang) dan 1999 (1.023.801 orang). Tingginya penderita ISPA di Jakarta, itu terkait dengan tingginya pencemaran -70 persen berasal dari kendaraan bermotor(www.tem)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan ISPA
2. Tujuan Khusus
a. Dapat menjelaskan definisi ISPA
b. Dapat mengetahui etiologi ISPA
c. Dapat mengidentifikasi manifestasi klinis
d. Dapat menjelaskan patofisiologi ISPA
e. Mengetahui penatalaksanaan medis pada ISPA
f. Dapat menentukan diagnosa keperawatan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan dan paru - paru), dan organ adneksa saluran pernafasan.

Berikut ini dijelaskan lebih rinci mengenai bagian bagian tersebut diatas :
HIDUNG
Merupakan saluran pernafasan teratas. Ditempat ini udara pernafasan mengalami proses yaitu :
1. Penyaringan ( filtrasi )
Partikel-partikel yang ada dalam udara pernafasan akan disaring khususnya partikel-partikel yang berdiameter > 2 m. Cilia berperan sebagai filter.
2. Penghangatan
Kapiler pembuluh darah yang ada di lapisan mukosa hidung berperan sebagai penghangat. Udara pernafasan yang dingin akan dihangatkan.
3. Pelembaban ( humidifikasi )
Udara pernafasan yang kering akan dilembabkan oleh lapisan mukosa hidung sehingga tidak mengiritasi saluran pernafasan.
Sepertiga bagian atas hidung terdiri dari tulang dan dua pertiga bagian bawahnya adalah kartilago yang terdiri dari dua bagian. Bagian tengah dipisahkan oleh septum. Septum dan dinding dalam rongga hidung dilapisi oleh membran mukosa. Bagian depan hidung yang terbuka keluar dilapisi oleh kulit dan folikel rambut. Bagian belakang hidung berhubungan dengan pharing disebut nasopharing.

PHARING
Pharing atau tenggorokan berada dibelakang mulut dan rongga nasal dibagi dalam tiga bagian yaitu nasofaring, oropharing dan laringopharing. Pharing merupakan saluran penghubung ke saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Normalnya bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis akan menutup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi. Tonsil merupakan pertahanan tubuh terhadap benda-benda asing ( organisme ) yang masuk ke hidung dan pharing.
LARING
Laring berada diatas trachea, dibawah pharing. Sering kali orang menyebut laring sebagai kotak suara karena udara yang melewati daerah ini akan membentuk bunyi ( suara ).
TRACHEA
Terletak di bagian depan esophagus, dari mulai bagian bawah cricoid kartilago laring dan berakhir setinggi vertebra thorakal 4 atau 5. Trachea bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri. Tempat percabangannya disebut karina yang terdiri dari 6 – 10 cincin kartilago.
BRONCHUS
Bronchus primer dimulai dari karina. Bronchus kanan lebih gemuk dan pendek serta lebih vertikal dibandingkan dengan bronchus kiri. Bronchus primer dibagi kedalam lima bronchus sekunder ( lobus ) masing-masing lobus dikelilingi oleh jaringan penyambung, pembuluh darah saraf, pembuluh limfatik. Bronchus dilapisi oleh cilia yang berfungsi menangkap partikel-partikel dan mendorong sekret ke atas untuk selanjutnya dikeluarkan melalui batuk atau ditelan.
BRONCHIOLUS
Merupakan cabang dari bronchus sekunder yang dibagi kedalam saluran-saluran kecil yaitu bronchiolus terminal dan bronchiolus respirasi. Kedua bronchiolus ini mempunyai diameter < 1 mm. Bronchiolus terminalis dilapisi cilia, tidak terjadi difusi di tempat ini. Sebagian kecil difusi terjadi pada bronchiolus respirasi.
ALVEOLUS
Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang dari bronchiolus respiratori. Sakus alveolus mengandung alveolus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas. Diperkirakan paru-paru mengandung + 300 juta alveolus ( luas permukaan + 100 m2 ) yang dikelilingi oleh kapiler darah.
Dinding alveolus menghasilkan surfaktan ( terbuat dari lesitin ) sejenis fosfolipid yang sangat penting dalam mempertahankan ekspansi dan recoil paru. Surfaktan ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dinding alveoli. Tanpa surfaktan yang adekuat maka alveolus akan mengalami kolaps.
PARU-PARU
Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus ( dilapisi ) oleh pleura. Pleura terdiri dari pleura viseral yang langsung membungkus / melapisi paru dan pleura parietal pada bagian luarnya. Pleura menghasilkan cairan jernih ( serosa ) yang berfungsi sebagai lubrikasi. Banyaknya cairan ini lebih kurang 10 – 15 cc. Lubrikasi dimaksudkan untuk mencegah iritasi selama respirasi.
Peredaran darah ke paru-paru melalui dua pembuluh darah yaitu :
1. Arteri pulmonaris yang bercabang-cabang menjadi arteriol venula yang akan membentuk jalinan kapiler.
2. Arteri bronchialis yang merupakan percabangan dari aorta torakal. Arteri ini akan mensuplai darah untuk kebutuhan metabolisme paru.






B. Definisi Penyakit
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau dikenal sebagai Acute Respiratory Infections (ARI).
Infeksi pernafasan akut adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikro plasma) atau aspirasi substansi asing, yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran pernafasan.
(Wong,D.L,2003:458)
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli, beserta organ adneksa lainnya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. Sedangkan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut dari suatu penyakit.
(Tempointeraktif. com)
KLASIFIKASI ISPA
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
1. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
a. Pneumonia berat: Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
b. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
2. Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
a. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tidak menangis atau meronta).
b. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 - 12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
c. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat (Rasmaliah, 2004).

C. Etiologi
Etiologi ISPA diantaranya adalah:
1. Bakteri : Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella dan Korinobakterium.
2. Virus : Mikosovirus, Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.
3. Kurang gizi
4. Tertular dari penderita lain
5. Tempat tinggal yang kurang sehat, ex:
- Ventilasi kurang
- Lingkungan rumah yang banyak debu
- Lantai yang lembab


D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala penyakit ISPA antara lain:
1. Batuk terjadi karena produksi mukus meningkat, sehingga terakumulasi pada trakea yang kemudian menimbulkan batuk. Batuk juga bisa terjadi karena iritasi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).
2. Kesulitan bernafas
Akumulasi mukus di trakea akan mengakibatkan saluran nafas tersumbat sehingga mengalami kesulitan dalam bernafas
3. Sakit tenggorokan
Terjadi iritasi jalan nafas akibat pembengkakan akan merangsang ujung dendrit oleh nervus, untuk menstimulasi pelepasan kemoreseptor yaitu bradikinin dan serotonin sehingga terjadi perangsangan nyeri pada tenggorokan
4. Demam
Infeksi jalan nafas juga mengakibatkan munculnya demam, ini sebagai mekanisme pertahanan tubuh dalam melawan mikroorganisme yang masuk.










E. Patofisiologi
ISPA terjadi dapat karena masuknya virus kedalam saluran pernafasan atas, kemudia virus bereplika (membelah) pada sel epitel kolumner bersilia (hidung, sinus, faring) menyebabkan radang pada tempat tersebut. Peradangan itu merangsang pelepasan mediator histamin dalam sekresi hidung sehingga permeabilitas vaskuler naik dan akibatnya terjadi odema pada mukosa dan hidung menjadi tersumbat akibat akumulasi mukus, dari kejadian itu menimbulkan masalah inefektif bersihan jalan nafas.
Perubahan yang terjadi adalh edema pada mukosa, infiltrat sel mononuler yang menyertai, kemudian fungsional silia mengakibatkan pembersihan mukus terganggu. Pada infeksi berat sampai sedang epitel mengelupas, ada produksi mukus yang banyak sekali, mula-mula encer, kemudian mengental dan biasanya purulen. Dapat juga ada keterlibatan anatomis saluran nafas atas, masuk oklusi dan kelainan rongga sinus (www.depkes .co.id).

F. PATHWAY ( Terlampir )













G. Pemeriksaan Penunjang
• Rongten sinus : dilakukan untuk menyingkirkan kelainan yang bersifat sitemik, atau setempat, seperti tumor, fistula dan alergi.
• Kultur tenggorok : merupakan cara penentuan penyebab, setelah diresepkan terapi yang sesuai.
• Usap nasal dan kultur darah : untuk mengidentifikasi organisme.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Oksigenasi untuk dispnea
2. Lingkungan sejuk dan lembab
3. Cairan parental bila muntah cukup hebat untuk menjaga kekurangan nutrisi
4. Pemberian analgesik
5. Tirah baring saat demam
6. Intubasi kedaruratan pada kejadian penurunan oksigenasi berat
I. Penatalaksanaan Keperawatan
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotic untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA. Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi (Rasmaliah, 2004).

J. Komplikasi
1. meningitis
2. abses peritonsiliar
3. sepsis
4. demam rematik
5. otitis media
6. hemoragi
(www.depkes.co.id)

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Fokus utama pengkajian pola nafas ini adalah :
1. Aktivitas ( adanya penurunan aktivitas )
2. Sirkulasi ( adanya takikardi, kemerahan/ pucat )
3. Makanan / cairan ( adanya distensi abdomen )
4. Pernapasan ( spuntum purulen, bunyi napas menurun, warna pucat/ sianosis bibir/ kuku )
5. Keamanan ( berkeringat, menggigil berulang )
6. Penyuluhan ( pembedahan, penggunaan alcohol kronis )
Riwayat penyakit sekarang
- Apakah yang dirasakan anak ibu sekarang?
- Sejak kapan anak ibu menderita deman?
Kaji asupan cairan dan makanan
- Apakah anak ibu mau makanan yang diberikan ibu?
- Berapa kali makan sehari?
- Apakah ibu sudah memberikan makanan yang disukai anak ibu?
Kaji riwayat keluarga
- Apakah ada anggota lain yang mengalami penyakit yang sama?

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan kenyamanan berhubungan dengan peradangan.
2. Pola nafas terganggu berhubungan dengan hidung tersumbat.
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, keluaran keringat yang lebih.
4. Hipoksia berhubungan dengan suplay 02 menurun.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan fatique.
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan produktifitas secret.
7. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas barhubungan dengan dipsnea.
8. Resti gangguan pola nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nutrisi yang tidak adekuat.
9. Hospitalisasi Kurang pengetahuan orang tua tentang penyakit anak berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit anak.
10. Resiko tinggi perubahan pola asuh anak berhubungan dengan hospitalisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar