ASSERTIVITAS
1. Pengertian Assertivitas
Perilaku asertif merupakan hal yang sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Perilaku asertif menyangkut ekspresi pikiran, perasaan yang positif dan berkaitan dengan ekspresi perasaan negatif. Berkaitan dengan komunikasi interpersonal, contoh yang sangat nampak adalah ketika seseorang menolak dengan mengatakan tidak atau menunjukkan reaksi tidak mengerti atau tidak suka. Hal ini sesungguhnya menyangkut komunikasi verbal maupun non verbal.
Periaku asertif merupakan pengembangan pribadi yang positif. Tercapainya pembentukan pribadi yang asertif akan mengantar seseorang pada eksistensi diri yang secara mental mantap dan seimbang. Menurut Docker (1990), perilaku asertif merupakan perilaku yang jujur (terus terang), langsung dan ekspresi yang penuh penghargaan terhadap pikiran, perasaan, dan keinginan dengan mempertimbangkan perasaan dan hak-hak orang lain. Inti dari perilaku asertif adalah (1) mempertahankan hak, (2) mengekspresikan diri, (3) langsung, terbuka dan jujur, dan (4) menghargai hak orang lain.
Perilaku asertif, sangat berbeda dengan perilaku agresif dan perilaku non asertif, hanya saja perilaku asertif berada pada posisi di antara dua perilaku ekstrim, yakni antara perilaku agresif dan perilaku non asertif. Inti dari perilaku asertif adalah berkomunikasi secara langsung dan jujur. Perilaku agresif adalah menguasai atau mendominasi dan inti perilaku non asertif adalah menghindari konflik yang juga berarti mengalahkan keinginan diri untuk kepentingan orang lain.
Batasan:
“Kemampuan mengekspresikan diri atau mengemukakan hak-hak pribadi serta mempertahankannya tanpa melanggar hak orang lain”.
Ciri-cirinya :
· Memiliki konsep diri yang positif dan merasa bebas mengekspresikan hak, kemauan, pendapat dan tindakannya
· Menghargai diri sendiri sekaligus menghargai orang lain
· Mencoba membina interaksi dengan konsep “menang-menang”
· Mampu berinteraksi dengan orang lain dari berbagai tingkatan
· Aktif memperjuangkan dan mencari alternatif dalam hidupnya
· Menerima secara realistis kegagalan dan kelemahannya
· Tidak congkak dengan keberhasilannya
· Berani mengatakan “tidak” bila merasa haknya dilanggar tanpa melanggar hak orang lain
· Merasa nyaman dan menerima kondisi dirinya
· Terbuka terhadap umpan balik dan berusaha mengadakan perbaikan
· Berusaha bertindak ‘fair’ dan jujur terhadap orang lain
Konsekuensi Perilaku Asertif
Konsekuensi dari perilaku asertif di antaranya adalah anda akan memperoleh apa yang anda inginkan sekaligus anda akan memperoleh penghargaan dari orang lain. Yang paling penting adalah anda menghargai diri anda sendiri. Anda dapat mengutarakan keinginan anda dengan enak tanpa menyinggung perasaan/hak-hak orang lain dan mereka dapat menerima alasan-alasan anda.
Secara psikologis, orang-orang yang asertif lebih mampu melakukan penyesuaian diri di manapun berada, dengan siapapun dia berinteraksi. Mereka melihat banyak alternatif dalam kehidupan mereka dan juga merasakan kebebasan memilih alternatif tersebut. Mereka mengambil keputusan tersebut dan bertanggungjawab atas tindakannya. Mereka menumbuhkan harga diri mereka secara aktif melalui kebebasan dan tanggungjawab mereka.
Orang-orang yang bersikap, berfikir dan berperilaku asertif akan mampu mengekspresikan diri seperti ini:
“Inilah saya. Saya memiliki hak untuk tampil sebagaimana adanya saya dan untuk menginginkan apa yang saya inginkan. Dan saya akan bertanggungjawab atas keputusan saya”.
2. Mengapa Harus Asertif?
Langkah pertama untuk menjadi orang yang asertif adalah jujur melihat ke Langkah pertama untuk menjadi orang yang asertif adalah jujur melihat ke dalam diri kita dan memerhatikan respons kita dalam menghadapi masalah. Hal ini untuk melihat sampai di mana kita saat ini, apakah kita cenderung agresif atau pasif. Untuk membantu menyimpulkan kecenderungan Anda saat ini, jawablah pertanyaan di bawah ini: Apakah Anda sulit menerima kritik yang membangun? Apakah Anda menjawab “ya” pada permintaan seseorang, padahal dalam hati Anda ingin berkata “tidak”? Hal ini Anda lakukan agar tidak mengecewakan orang lain.
Apakah Anda mengalami kesulitan ketika berbeda pendapat dengan orang lain?
Ketika Anda berbicara dengan seseorang dan Anda tidak sependapat dengannya, apakah orang itu merasa Anda sudutkan?
Apakah Anda merasa diserang oleh orang yang berbeda pendapat dengan Anda?
Jika Anda menjawab “ya” pada kebanyakan pertanyaan di atas, Anda akan mendapatkan keuntungan dari bagian II: Mempelajari Komunikasi Asertif.
TIPS:
a. Pastikan gerak dan sikap tubuh Anda percaya diri: berdiri tegap, tataplahn mata orang lain yang sedang Anda ajak bicara, dan relaks.
b. Gunakanlah nada bicara yang tegas, namun tetap bersahabat.
c. Jangan berasumsi bahwa Anda mengetahui motivasi orang lain, apalagi bila Anda berpikir negatif tentangnya.
d. Ketika sedang berdiskusi, jangan lupa untuk mendengarkan dan mengajukan pertanyaan! Karena sangatlah penting untuk memahami sudut pandang orang lain tentang permasalahan yang sedang dibahas.
e. Berpikirlah “menang-menang”: perhatikan dan carilah cara untuk mendapatkan perjanjian yang disetujui bersama. Tidak ada pihak yang merasa dirugikan, sehingga masing-masing pihak puas karena keinginannya terpenuhi.
3. Manfaatnya Prilaku Assertif
Sikap asertif memengaruhi banyak segi kehidupan kita. Orang yang asertif cenderung memiliki konflik yang lebih sedikit dengan orang lain, artinya stres dalam hidup mereka berkurang. Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dan juga menolong orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dengan memiliki hubungan yang saling mendukung, orang yang asertif memiliki orang-orang yang dapat ia andalkan. Hal ini menjauhkan mereka dari stres sehingga tubuh dan jiwa mereka juga menjadi lebih sehat.
Sebaliknya, sikap agresif cenderung mengasingkan orang lain dan menumbuhkan stres yang sebenarnya tidak perlu jika dapat dikendalikan dengan bersikap asertif. Seseorang dengan perilaku agresif selalu merasa diserang dan menghindari interaksi dengan orang yang ia anggap agresif.Seringkali, orang yang bersikap agresif memiliki hubungan yang retak dan sedikit dukungan sosial. Mereka tidak mengerti bahwa hal ini terjadi karena sikap mereka sendiri. Sebaliknya, mereka sendiri juga merasa sebagai korban.
Orang yang pasif selalu menghindari konflik dengan cara menghindar dari komunikasi untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan kebutuhan mereka. Namun, sikap ini juga merusak suatu hubungan dalam jangka panjang. Mereka selalu merasa menjadi korban, tapi terus menerus menghindari konfrontasi. Hingga mencapai puncak kemarahan, dan mereka akan melepaskan kemarahannya dengan agresif. Pihak lain yang membuatnya marah tidak mengetahui masalahnya, sampai orang yang pasif ini meledak dalam kemarahan. Peristiwa seperti ini memicu hubungan yang buruk dan perasaan terluka.
(http://www.bahanamagazine.com/?p=productsMore&iProduct=325&sName=Asertif-Tapi-Tak-Agresif)
4. Faktor-faktor yang Mendukung Terwujudnya Perilaku Asertif.
1. Penggunaan Kata-kata Asertif
Untuk mengkomunikasikan pikiran, perasaan, pendapat, kita perlu memilih kata-kata yang langsung, jujur, tidak melecehkan. Karena penggunaan kata-kata yang tepat merupakan salah satu perwujudan sikap yang asertif.
a. Gunakan pernyataan “saya” ketimbang pernyataan “anda”.
Misalnya;
“Anda selalu menginterupsi pembicaraan saya” (Agresif)
“Saya ingin berbicara tanpa interupsi” (Asertif)
“Anda membuat saya malu di depan semua orang” (Agresif)
“Saya merasa malu ketika anda mengatakan hal itu di hadapan semua orang” (Asertif)
b. Gunakan kalimat deskripsi faktual daripada mengandung penilaian atau pernyataan yang berlebihan.
Misalnya:
“Rupanya anda tidak tahu caranya membuat laporan bulanan, laporan yang anda buat sangat kacau” (Agresif)
“Laporan yang anda buat perlu diperbaiki kembali. Pelajari laporan bulanan yang dulu, untuk menjadi tuntunan dalam membuat laporan” (Asertif)
c. Ekspresikan pikiran secara lugas dan jelas untuk difahami.
Misalnya:
“Ia membuat saya marah” (menyangkal pemilikan perasaan)
“Saya menjadi marah ketika ia melanggar janjinya” (Asertif)
“Saya telah berada di sini 1 jam yang lalu” (Pasif)
“Saya capai telah menunggu anda selama 1 jam” (Asertif)
d. Gunakan permintaan atau perintah yang jelas dan langsung ketika anda ingin agar orang lain mengerjakan sesuatu daripada sekedar mengisyaratkan dan bersikap tidak langsung.
Misalnya:
“Keberatan anda membawa ini untuk Budi” (tidak lugas, hanya menyatakan keberatan atau tidak)
“Maukah anda membawa ini untuk Budi” (permintaan Asertif)
“Tolong bawa ini untuk Budi” (perintah Asertif)
Biasanya orang menghindar untuk bersikap lugas dan jujur karena mereka berfikir bahwa hal itu tidak sopan atau lancang. Sayangnya, walaupun kita berusaha menghindari sikap yang tidak pantas, kita memilih kata-kata yang mengkomunikasikan tidak adanya respek, atau kadang kita begitu hati-hati dalam memilih kata-kata sehingga kita tidak mengkomunikasikan pesan yang sesungguhnya.
2. Bahasa Tubuh
Menurut para ahli, komunikasi yang kita lakukan 65% bersifat non verbal dan hanya 35 % bersifat verbal. Komunikasi non verbal ini yang kita lakukan sebagian besar tidak kita sadari. Sebagian besar komunikasi non verbal ini tidak sengaja kita lakukan, tapi mempunyai arti lebih luas dan lebih cepat dipahami daripada menggunakan verbal. Komunikasi non verbal ini bisa juga disebut bahasa tubuh, karena tidak hanya berupa gerakan-gerakan tubuh dan ekspresi wajah, namun juga berupa nada suara, volume suara, postur, kecepatan berbicara, ketegangan otot, cara tertawa, dan lain-lain.
5. Beberapa Contoh Prilaku Asertif
Contoh A : Seseorang mendahului Anda dalam antrean di RS. Pemberi respons yang agresif akan berpikir bahwa orang yang menyerobot antrean sengaja melakukannya. Dan dengan marah ia akan berkata, “Hei goblok, jangan menyerobot!” Seorang pemberi respons yang pasif hanya membiarkan orang tersebut berdiri di depannya, dengan hati kesal. Sedangkan seorang pemberi respons yang asertif akan berpikir bahwa orang itu tidak melihat bahwa ia sudah mengantre. Dan dengan sopan ia berkata, “Maaf, saya sudah mengantre duluan.”
Contoh B : Teman Anda yang senang bicara bertele-tele, menelepon untuk curhat tentang pengalaman buruk yang sedang dialaminya. Sayangnya, Anda sedang banyak tugas yang harus diselesaikan dalam waktu dekat dan Anda tidak punya banyak waktu untuk berbicara. Seorang pemberi respons negatif akan menjadi marah karena berpikir temannya tidak menghargai waktunya. Mereka akan berkata kepada temannya itu dengan kasar dan sarkastik, “Oh, apakah kamu tidak dapat menyelesaikannya sendiri?! Saya juga punya banyak masalah!” Seorang pemberi respons yang pasif akan membiarkan saja temannya curhat selama yang ia inginkan. Mereka berpikir temannya membutuhkannya. Dengan menanggung akibat tugas yang terabaikan dan terlambat dari deadline. Seorang pemberi respons yang asertif akan mendengarkan keluhan temannya dan memberikan waktunya sebentar saja (3-5 menit). Dengan penuh kasih berkata, “Wah, kamu mengalami persoalan yang berat juga ya! Tapi saat ini saya sedang ada tugas untuk diselesaikan. Jadi saya tidak punya waktu untukmu sekarang. Bagaimana kalau kita ngobrol lagi nanti malam?”
(http://www.uinsuka.info/joomlakusuka/ctsd/webctsd/Keterampilan_Interpers nal.htm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar