Senin, 07 Desember 2009

ASUHAN KEPERAWATAN KELURGA DENGAN NAPZA

1. Definisi
NAPZA : narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya.
Beberapa jenis NAPZA yang populer digunakan di Indonesia :
Putau : tergolong heroin yang sangat membuat ketergantungan, berbentuk bubuk.
Ganja : berisi zat kimia delta-9-tetra hidrokanbinol, berbentuk tanaman yang dikeringkan.
Shabu-shabu: kristal yang berisi methamphetamine.
Ekstasi: methylendioxy methamphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul.
Pil BK, megadon dan obat-obat depresan sejenis.
Pada awalnya, zat-zat ini digunakan untuk tujuan medis seperti penghilang rasa sakit. Namun apabila zat-zat ini digunakan secara tetap, bukan untuk tujuan medis atau yang digunakan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya, serta dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat, maka disebut penyalahgunaan NAPZA (drug abuse).
Copyright (c) 2000, e-psikologi.com.
Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan obat atau bahan berbahaya. Selain istilah Narkoba juga dikenal istilah NAPZA yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lainnya. Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan.
Narkoba atau NAPZA merupakan bahan/zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusat/otak sehingga bilamana disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial. Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-Undang untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika.
Berdasarkan jenisnya Napza memiliki tiga katergori:
PSIKOTROPIKA
NARKOTIKA

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang menyebabkan pengaruh bagi pengguannya. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat , halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi pemakainya. Jenis -jenis narkoba yang termasuk narkotika:
OPIOID (OPIAD)
KOKAIN
GANJA
BAHAN BERBAHAYA
Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif yang bukan Narkotika dan Psikotropika atau Zat-zat baru hasil olahan manusia yang menyebabkan kecanduan. Adapun yang termasuk zat adiktif pada kategori ini antara lain:
MINUMAN KERAS/ALKOHOL
NIKOTIN
INHALANSIA
ZAT DESAINER
www.smu_net.com
Jadi NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik ditelan melalui mulut, dihirup melalui hidung maupun disuntikkan melalui urat darah. Zat-zat kimia itu dapat mengubahpikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Pemakaian terus menerus akan mengakibatkan ketergantungan fisik dan/atau psikologis.
http://www.unicef.org/indonesia/id/HIV-AIDSbooklet_part4.pdf
Narkoba adalah singkatan dari Narkotika dan obat berbahaya Napza adalah singkatan dari Narkotika Alkohol Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
Narkotika secara farmakologik adalah opioida, tetapi menurut UU no 22, tahun 1997 narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan
Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan distilasi atau fermentasi tanpa distilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung etanol.
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Zat Adiktif Lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan
Yang dimaksud dengan narkotika meliputi :
1. Golongan Opiat : heroin, morfin, madat dan lain-lain
2. Golongan Opiat : heroin, morfin, madat dan lain-lain
3. Golongan Koka : kokain, crack.
• Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol (Etil alkohol).
• Psikotropika menurut Undang-undang Nomor 5 tahun 1997 meliputi ectasy, shabu-shabu, LSD, obat penenang/obat tidur, obat anti depresi dan anti psikosis.
• Zat adiktif lain termasuk inhalansia (aseton, thinner cat, lem, nikotin, kafein).
Zat psikotropika yang sering disalahgunakan (menurut WHO 1992) adalah :
1. Alkohol : Semua minuman beralkohol
2. Opioida : heroin, morfin, pethidin, candu
3. Kanabinoida : Ganja, hashish.
4. Sedativa/hipnotika : obat penenang/obat tidur.
5. Kokain : daun koka, serbuk kokain, crack.
6. Stimulansia lain, termasuk kafein, ectasy, dan shabu-shabu
7. Halusinogenika : LSD, mushroom, mescalin
8. Tembakau (mengandung nikotin).
9. Pelarut yang mudah menguap seperti aseton dan lem.
10. Multipel (kombinasi) dan lain-lain, misalnya kombinasi heroin dan shabu-shabu, alkohol dan obat tidur.
http://www.unicef.org/indonesia/id/HIV-AIDSbooklet_part4.pdf
Narkoba adalah obat, bahan, Zat bukan makanan, yang Jika diminum, dihisap, dihirup, ditelan atau disuntikan, Berpengaruh terutama pada kerja otak (susunan Syaraf pusat ) dan seringkali menyebabkan ketergantungan. Yang tergolong narkoba adalah : Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif lain, termasuk minuman beralkhohol. Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba bukan untuk maksud pengobatan, tetapi agar dapat menikmati pengaruhnya
Situs Resmi RSPI - SS © 2003 - 2007
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta
email : info@infeksi.com


2. Etiologi
Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA
Pada setiap kasus, ada penyebab yang khas mengapa seseorang menyalahgunakan NAPZA dan ketergantungan. Artinya, mengapa seseorang akhirnya terjebak dalam perilaku ini merupakan sesuatu yang unik dan tidak dapat disamakan begitu saja dengan kasus lainnya. Namun berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa faktor yang berperan pada penyalahgunaan NAPZA.
Faktor keluarga
Dalam percakapan sehari-hari, keluarga paling sering menjadi “tertuduh” timbulnya penyalahgunaan NAPZA pada anaknya. Tuduhan ini tampaknya bukan tidak beralasan, karena hasil penelitian dan pengalaman para konselor di lapangan menunjukkan peranan penting dari keluarga dalam kasus-kasus penyalahgunaan NAPZA. Berdasarkan hasil penelitian tim UNIKA Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Kepolisian Jakarta tahun 1995, terdapat beberapa tipe keluarga yang beresiko tinggi anggota keluarganya (terutama anaknya yang remaja) terlibat penyalahgunaan NAPZA.
Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk orang tua) mengalami ketergantungan NAPZA
Keluarga dengan menejemen keluarga yang kacau, yang terlihat dari pelaksanaan aturan yang tidak konsisten dijalankan oleh ayah dan ibu (misalnya, ayah bilang ya, ibu bilang tidak).
Keluarga dengan konflik yang tinggi dan tidak pernah ada upaya penyelesaian yang memuaskan semua pihak yang berkonflik. Konflik dapat terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak, maupun antar saudara.
Keluarga dengan orang tua yang otoriter. Di sini peran orang tua sangat dominan, dengan anak yang hanya sekedar harus menuruti apa kata orang tua – dengan alasan sopan santun, adat istiadat, atau demi kemajuan dan masa depan anak itu sendiri – tanpa diberi kesempatan untuk berdialog dan menyatakan ketidaksetujuannya.
Keluarga yang perfeksionis, yaitu keluarga yang menuntut anggotanya mencapai kesempurnaan dengan standar tinggi yang harus dicapai dalam banyak hal
Keluarga yang neurosis, yaitu keluarga yang diliputi kecemasan dengan alasan yang kurang kuat, mudah cemas dan curiga, dan sering berlebihan dalam menanggapi sesuatu
Faktor kepribadian
Kepribadian penyalahguna NAPZA juga turut berperan dalam perilaku ini. Pada remaja, biasanya penyalahguna NAPZA memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif dan cenderung depresi, juga turut mempengaruhi.
Selain itu, kemampuan remaja untuk memecahkan masalahnya secara adekuat berpengaruh terhadap bagaimana ia mudah mencari pemecahan masalah dengan melarikan diri. Hal ini juga berkaitan dengan mudahnya ia menyalahkan lingkungan dan lebih melihat faktor-faktor di luar dirinya yang menentukan segala sesuatu. Dalam hal ini, kepribadian yang dependen dan tidak mandiri memainkan peranan penting dalam memandang NAPZA sebagai satu-satunya pemecahan masalah yang dihadapi.
Sangat wajar bila dalam usianya remaja membutuhkan pengakuan dari lingkungan sebagai bagian pencarian identitas dirinya. Namun bila ia memiliki kepribadian yang tidak mandiri dan menganggap segala sesuatunya harus diperoleh dari lingkungan, akan sangat memudahkan kelompok teman sebaya untuk mempengaruhinya menyalahgunakan NAPZA. Di sinilah sebenarnya peran keluarga dalam meningkatkan harga diri dan kemandirian pada anak remajanya.
Faktor kelompok teman sebaya (peer group)
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar berperilaku seperti kelompok itu. Tekanan kelompok dialami oleh semua orang bukan hanya remaja, karena pada kenyataannya semua orang ingin disukai dan tidak ada yang mau dikucilkan.
Kegagalan untuk memenuhi tekanan dari kelompok teman sebaya, seperti berinteraksi dengan kelompok teman yang lebih populer, mencapai prestasi dalam bidang olah raga, sosial dan akademik, dapat menyebabkan frustrasi dan mencari kelompok lain yang dapat menerimanya. Sebaliknya, keberhasilan dari kelompok teman sebaya yang memiliki perilaku dan norma yang mendukung penyalahgunaan NAPZA dapat muncul.
Faktor kesempatan
Ketersediaan NAPZA dan kemudahan memperolehnya juga dapat dikatakan sebagai pemicu. Indonesia yang sudah mendjadi tujuan pasar narkotika internasional, menyebabkan zat-zat ini dengan mudah diperoleh. Bahkan beberapa media massa melansir bahwa para penjual narkotika menjual barang dagangannya di sekolah-sekolah, termasuk sampai di SD. Penegakan hukum yang belum sepenuhnya berhasil – tentunya dengan berbagai kendalanya – juga turut menyuburkan usaha penjualan NAPZA di Indonesia.
Akhirnya, dari beberapa faktor yang sudah diuraikan, tidak ada faktor yang satu-satu berperan dalam setiap kasus penyalahgunaan NAPZA. Ada faktor yang memberikan kesempatan, dan ada faktor pemicu. Biasanya, semua faktor itu berperan. Karena itu, penanganannya pun harus melibatkan berbagai pihak, termasuk keterlibatan aktif orang tua. (rt)
Copyright (c) 2000, e-psikologi.com
Mengapa orang menyalahgunakan NAPZA ?
Ada beberapa alasan mengapa orang menyalah-gunakan NAPZA, yaitu dorongan dari diri sendiri, dari lingkungan, dan dari NAPZA itu sendiri. ALASAN-ALASAN YANG BIASANYA BERASAL DARI DIRI SENDIRI SEBAGAI PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA ANTARA LAIN:
Keingintahuan yang besar untuk mencoba, tanpa sadar atau berpikir panjang mengenai akibatnya.Keinginan untuk bersenang-senang.
Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya.
Keinginan untuk diterima oleh lingkungan atau kelompok.
Lari dari kebosanan, masalah atau kesusahan hidup.
Pengertian yang salah bahwa penggunaan sekali-sekali tidak menimbulkan ketagihan.
Tidak mampu atau tidak berani menghadapi tekanan dari lingkungan atau kelompok pergaulan untuk menggunakan NAPZA.
Tidak dapat berkata TIDAK terhadap NAPZA.
Kalau kita perhatikan dengan baik sebab-sebab penyalahgunaan NAPZA, maka jelas bahwa pendorong utamanya terletak pada diri sendiri: tidak bisa menolak, mudah terpengaruh, ingin coba-coba tanpa memikirkan akibat, dll. Nah darisini kan jelas masalahnya adalah banyak remaja tidak percaya diri sehingga mudah terpengaruh dan tidak berpikir kritis tentang akibat NAPZA terhadap masa depan. Karena itu mari kita mulai membangun kepercayaan diri yang lebih tinggi dan selalu berpikir dua kali secara kritis tentang akibat dari pilihan-pilihan kita. Kreatiflah mencari berbagai kegiatan lain yang lebih sehat dan berguna. Bukankah ciri anak muda itu selalu “berpikir kreatif”.
http://www.unicef.org/indonesia/id/HIV-AIDSbooklet
3. Manifestasi klinis
CIRI-CIRI PENGGUNA NAPZA
Ciri-ciri pengguna Napza:
Fisik
Berat badan turun drastis.
Buang air besar dan kecil kurang lancar.
Mata terlihat cekung dan merah, muka pucat, dan bibir kehitam-hitaman.
Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
Tangan penuh dengan bintik-bintik merah, seperti bekas gigitan nyamuk dan ada tanda bekas luka sayatan. Goresan dan perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan.
Emosi
Bila ditegur atau dimarahi, dia malah menunjukkan sikap membangkang.
Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul orang atau berbicara kasar terhadap anggota keluarga atau orang di sekitarnya.
Nafsu makan tidak menentu.
Sangat sensitif dan cepat bosan.
Perilaku
Bicara cedal atau pelo.
Jalan sempoyongan
Malas dan sering melupakan tanggung jawab dan tugas-tugas rutinnya.
Mengalami jantung berdebar-debar.
Mengalami nyeri kepala.
Mengalami nyeri/ngilu sendi-sendi.
Mengeluarkan air mata berlebihan.
Mengeluarkan keringat berlebihan.
Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
Selalu kehabisan uang.
Sering batuk-batuk dan pilek berkepanjangan, biasanya terjadi pada saat gejala "putus zat".
Sering berbohong dan ingkar janji dengan berbagai macam alasan.
Sering bertemu dengan orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam.
Sering mengalami mimpi buruk.
Sering menguap.
Cenderung menarik diri dari acara keluarga dan lebih senang mengurung dikamar
Sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba tampak manis bila ada maunya, seperti saat membutuhkan uang untuk beli obat.
Suka mencuri uang di rumah, sekolah ataupun tempat pekerjaan dan menggadaikan barang-barang berharga di rumah. Begitupun dengan barang-barang berharga miliknya, banyak yang hilang.
Takut air, jika terkena akan terasa sakit, karena itu mereka jadi malas mandi.
Waktunya di rumah kerapkali dihabiskan di kamar tidur, kloset, gudang, ruang yang gelap, kamar mandi, atau tempat-tempat sepi lainnya.
Menghindar dari tanggung jawab yang sesuai, malas menyelesaikan tugas rutin dirumah
Gejala sakaw atau putus obat:
Bola mata mengecil
Hidung dan mata berair
Bersin-bersin
Menguap
Banyak keringat
Mual-mual
Muntah
Diare
Nyeri otot tulang dan persendian
OVERDOSIS

Overdosis atau kelebihan dosis terjadi akibat tubuh mengalami keracunan akibat obat. OD sering terjadi bila menggunakan narkoba dalam jumlah banyak dengan rentang waktu terlalu singkat, biasanya digunakan secara bersamaan antara putaw, pil, heroin digunakan bersama alkohol. Atau menelan obat tidur seperti golongan barbiturat (luminal) atau obat penenang (valium, xanax, mogadon/BK).
Ciri-ciri Overdosis:
Tidak ada respons
Tidur mendengkur
Bibir dan kuku membiru
Tubuh dingin dan kulit lembab
Kejang-kejang
Adanya riwayat pemakaian morfin/heroin terdapat tanda bekas jarum suntik
Frekuensi pernafasan < 12 kali/menit
Penurunan kesadaran
CIRI-CIRI PENGGUNA NAPZA
Ciri-ciri ketergantungan NAPZA:
Keinginan yang tak tertahankan untuk mengkonsumsi salah satu atau lebih zat yang tergolong NAPZA. Kecenderungan untuk menambah dosis sejalan dengan batas toleransi tubuh yang meningkat. Ketergantungan psikis, yaitu apabila penggunaan NAPZA dihentikan akan menimbulkan kecemasan, depresi dan gejala psikis lain. Ketergantungan fisik, yaitu apabila pemakaian dihentikan akan menimbulkan gejala fisik yang disebut gejala putus zat (withdrawal syndrome).
Akibat Penyalahgunaan NAPZA
Paling tidak terdapat 3 aspek akibat langsung penyalahgunaan NAPZA yang berujung pada menguatnya ketergantungan. Secara fisik: penggunaan NAPZA akan mengubah metabolisme tubuh seseorang. Hal ini terlihat dari peningkatan dosis yang semakin lama semakin besar dan gejala putus obat. Keduanya menyebabkan seseorang untuk berusaha terus-menerus mengkonsumsi NAPZA.
Secara psikis: berkaitan dengan berubahnya beberapa fungsi mental, seperti rasa bersalah, malu dan perasaan nyaman yang timbul dari mengkonsumsi NAPZA. Cara yang kemudian ditempuh untuk beradaptasi dengan perubahan fungsi mental itu adalah dengan mengkonsumsi lagi NAPZA.
Secara sosial: dampak sosial yang memperkuat pemakaian NAPZA. Proses ini biasanya diawali dengan perpecahan di dalam kelompok sosial terdekat seperti keluarga (lihat faktor penyebab keluarga), sehingga muncul konflik dengan orang tua, teman-teman, pihak sekolah atau pekerjaan. Perasaan dikucilkan pihak-pihak ini kemudian menyebabkan si penyalahguna bergabung dengan kelompok orang-orang serupa, yaitu para penyalahguna NAPZA juga
Semua akibat ini berujung pada meningkatkannya perilaku penyalahgunaan NAPZA. Beberapa dampak yang sering terjadi dari peningkatan ini adalah sebagai berikut.
Dari kebutuhan untuk memperoleh NAPZA terus-menerus menyebabkan penyalahguna sering melakukan pelanggaran hukum seperti mencuri dan menipu orang lain untuk mendapatkan uang membeli NAPZA.
Menurun bahkan menghilangnya produktivitas pemakai, apakah itu di sekolah maupun di tempat kerja. Penyalahguna akan kehilangan daya untuk melakukan kegiatannya sehari-hari.
Penggunaan jarum suntik secara bersama meningkatkan resiko tertularnya berbagai macam penyakit seperti HIV. Peningkatan jumlah orang dengan HIV positif di Indonesia akhir-akhir ini berkaitan erat dengan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA.
Pemakaian NAPZA secara berlebihan menyebabkan kematian. Gejala over dosis pada penyalahguna NAPZA menjadi lebih besar karena batas toleransi seseorang sering tidak disadari oleh yang bersangkutan.
Dilihat secara lebih luas lagi, terutama dari segi kepentingan bangsa Indonesia, penyalahgunaan NAPZA pada remaja jelas-jelas membawa dampak yang sangat negatif. (rt)
Ciri-ciri Pengguna NAPZA
Secara medis dan hukum, penyalahguna NAPZA harus melewati satu atau serangkaian tes darah orang yang diduga menyalahgunakannya. Tetapi, sebagai orang tua dan guru, penyalahguna NAPZA dapat dikenali dari beberapa ciri fisik, psikologis maupun perilakunya. Beberapa ciri tersebut adalah sebagai berikut.
a. Fisik
Berat badan turun drastis.
Mata cekung dan merah, muka pucat dan bibir kehitaman.
Buang air besar dan air kecil kurang lancar.
Sembelit atau sakit perut tanpa alasan yang jelas.
Tanda berbintik merah seperti bekas gigitan nyamuk dan ada bekas luka sayatan.
Terdapat perubahan warna kulit di tempat bekas suntikan.
Sering batuk-pilek berkepanjangan.
Mengeluarkan air mata yang berlebihan.
Mengeluarkan keringat yang berlebihan.
Kepala sering nyeri, persendian ngilu.
b. Emosi
Sangat sensitif dan cepat bosan.
Jika ditegur atau dimarahi malah membangkang.
Mudah curiga dan cemas
Emosinya naik turun dan tidak ragu untuk memukul atau berbicara kasar kepada orang disekitarnya, termasuk kepada anggota keluarganya. Ada juga yang berusaha menyakiti diri sendiri..
c. Perilaku
Malas dan sering melupakan tanggung jawab/tugas rutinnya.
Menunjukkan sikap tidak peduli dan jauh dari keluarga.
Di rumah waktunya dihabiskan untuk menyendiri di kamar, toilet, gudang, kamar mandi, ruang-ruang yang gelap.
Nafsu makan tidak menentu.
Takut air, jarang mandi.
Sering menguap.
Sikapnya cenderung jadi manipulatif dan tiba-tiba bersikap manis jika ada maunya, misalnya untuk membeli obat.
Sering bertemu dengan orang-orang yang tidak dikenal keluarga, pergi tanpa pamit dan pulang lewat tengah malam.
Selalu kehabisan uang, barang-barang pribadinya pun hilang dijual.
Suka berbohong dan gampang ingkar janji.
Sering mencuri baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun pekerjaan.
Di samping itu, kondisi fisik penyalahguna NAPZA akan sangat mudah dikenali dalam keadaan putus obat, terutama narkotika (seperti ganja, putau dan sejenisnya), yaitu dengan ciri-ciri:
air mata berlebihan
banyaknya lendir dari hidung
pupil mata membesar
diare
bulu kuduk berdiri
sukar tidur
menguap
jantung berdebar-debar
ngilu pada sendi
Penting untuk diperhatikan, semua ciri-ciri di atas adalah indikator dari penyalahgunaan NAPZA, tapi BUKAN ciri yang dapat menentukan apakah seseorang sudah menyalahgunakan NAPZA. Artinya, perlu kehati-hatian dan kebijaksanaan untuk menggunakan ciri-ciri itu untuk menuduh seseorang terlibat penyalahgunaan NAPZA. Ciri-ciri ini digunakan terutama untuk meningkatkan kewaspadaan serta perhatian orang tua dan guru, untuk kemudian menindaklanjutinya dengan pemeriksaan darah pada lembaga yang berwenang bila seseorang dicurigai (rt)
Copyright (c) 2000, e-psikologi.com
Pengaruh atau efek NAPZA
NAPZA dapat dibedakan menurut efeknya pada pemakai, bahan-bahan dasarnya, maupun cara pembuatannya. Menurut efeknya: NAPZA dapat dibedakan antara STIMULAN, yaitu zat yang merangsang sistem syaraf pusat; DEPRESAN, menekan sistem syaraf pusat, dan HALUSINOGEN, yang merubah daya persepsi/halusinasi. Dari bahan-bahan dasar maupun cara pembuatannya, NAPZA dapat dibedakan antara:
Bahan alamiah yang berasal dari tanaman (poppy, ganja, kecubung, jamur, dll).
zat-zat lain. Contohnya pil psikotropika seperti ecstasy
Bahan buatan yaitu obat-obatan yang dibuat khusus untuk menimbulkan efek yang disukai pemakai. Efek dari zat-zat ini sangat berbahaya bagi tubuh manusia, bahkan dapat menyebabkan kematian jika dipakai sembarangan, misalnya dicampur dengan Alkohol,Tembakau dan Inhalansia
Di Papua banyak sekali orang, termasuk remaja sudah tergantung pada alkohol dan rokok (tembakau), juga mulai banyak menggunakan inhalansia seperti lem Aica Aibon. Tiga jenis NAPZA itu sangat berbahaya, terutama bagi anak dan remaja.
Alkohol
adalah cairan yang mengandung zat Ethyl-. Alkohol digolongkan sebagai NAPZA karena mempunyai sifat menenangkan sistem saraf pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku seseorang, mengubah suasana hati dan perasaan. Alkohol bersifat menenangkan, walaupun juga dapat me-rangsang. Efek alkohol tidak sama pada semua orang tergantung pada keadaan fisik, mental, dan lingkungan. Banyak orang mengatakan bahaya alkohol jauh lebih besar daripada obat lainnya.
Tembakau
berasal dari tanaman Nicotania Tabacum. Nikotin dalam tembakau bersifat merangsang jantung dan sistem saraf. Pada saat tembakau diisap, detak jantung bertambah dan tekanan darah naik akibat nikotin itu. Tetapi bagi para perokok berat, merokok dapat bersifat menenangkan. Zat lain adalah tar yang bisa menyebabkan kanker dan gangguan pernafasan. Sedangkan zat lainnya adalah karbon monoksida dalam asap yang sangat berbahaya. Pengaruh jangka panjang adalah gangguan pada paru-paru dan jantung. Gejala ketagihan berupa pusing, gelisah, cemas, sulit tidur, gemetar atau lelah
PERJALANAN ALKOHOL
1. OTAK,
alkohol akan sampai di otak segera setelah kita minum. Alkohol ini akan selalu dibawa darah melalui otak sampai hati kita mengoksidasi (membakar)nya
2. PERUT/USUS BESAR
sebagian kecil dari alkohol menembus dinding perut dan masuk ke aliran darah, tetapi sebagian besar masuk ke dalam usus kecil (intestin)
3. USUS KECIL,
dengan cepat alkohol diserap oleh dinding usus kecil ke dalam aliran darah

4. HATI,
berfungsi untuk membakar alkohol dengan kecepatan 1 ons/jam. Pembakaran ini merupakan proses mengubah alkohol menjadi air. Tubuh kita lalu mengeluarkan air melalui air seni dan keringat dan karbondioksidanya melalui pernapasan
5. PEREDARAN DARAH,
jantung memompa darah yang sudah bercampur alkohol ke semua bagian tubuh alkohol dikonsumsi melalui mulut
ROKOK MEMBUAT KITA: STROKE, NAPAS BAU, JARI-JARI KUNING COKLAT, PAKAIAN BAU DAN RUSAK ALAT PERASA YANG TIDAK SENSITIF LAGI, BRONKITIS, KRONIS, SAKIT JANTUNG, KULIT BERKERUT
Inhalansia
adalah zat yang dihirup. Salah satu contohnya lem Aica Aibon yang banyak dipakai anak dan remaja karena harganya murah dan memabukkan. Zat yang ada dalam lem Aica Aibon adalah zat kimia yang bisa merusak sel-sel otak dan membuat kita menjadi tidak normal, sakit bahkan bisa meninggal.
Apa saja bahaya NAPZA ?
Penyalahgunaan NAPZA menimbulkan perasaan enak, nikmat, senang, bahagia, tenang, dan nyaman. Tetapi perasaan enak ini hanya berlangsung sementara, yaitu selama zat bereaksi dalam tubuh. Bila pengaruhnya habis, justru pemakai merasa sakit dan tidak nyaman. Akibatnya pemakai merasa perlu menggunakannya lagi. Ini terus berulang sampai pemakai menjadi
tergantung. Ketergantungan pada NAPZA inilah yang mengakibatkan berbagai dampak negatif dan berbahaya, baik secara fisik, psikologis maupun sosial.
Dampak Fisik
Organ tubuh yang paling banyak dipengaruhi adalah sistem syaraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang, dan organ lain seperti jantung, paru-paru, hati, ginjal dan panca indera. Tetapi sebenarnya penyalahgunaan NAPZA membahayakan seluruh tubuh. Sudah terlalu banyak kasus kematian terjadi akibat pemakaian NAPZA, terutama karena pemakaian berlebih (over dosis) dan kematian karena AIDS (akibat pemakaian NAPZA melalui jarum suntik bersama dengan orang yang sudah terinfeksi HIV). Juga banyak remaja meninggal karena penyakit, kecelakaan dan perkelahian akibat pengaruh NAPZA.
Dampak psikologis atau kejiwaan dan sosial
Ketergantungan pada NAPZA menyebabkan orang tidak lagi dapat berpikir dan berperilaku normal. Perasaan, pikiran dan perilakunya dipengaruhi oleh zat yang dipakainya. Berbagai gangguan psikis atau kejiwaan yang sering dialami oleh mereka yang menyalahgunakan NAPZA antara lain rasa tertekan, cemas, ketakutan, ingin bunuh diri, kasar, marah, agresif, dll. Gangguan jiwa ini bisa sementara tetapi juga bisa selamanya. Gangguan psikologis yang paling jelas adalah pengguna tidak bisa mengendalikan diri untuk terus menerus menggunakan NAPZA. Cara termudah mencegah kematian akibat NAPZA, adalah tidak mulai menggunakannya sama sekali! Sekali pemakai kecanduan, ia akan memiliki ketergantungan fisik dan psikologis. Ketergantungan psikologis bisa berlangsung seumur hidup! Mencegah adalah cara terbaik! Mencegah jauh lebih mudah dan murah daripada mengobati! Dengan begitu banyak bahaya NAPZA yang bisa terjadi pada kita, maka sekarang saatnya mengambil keputusan yang benar: mau hidupsehat dan bahagia untuk mencapai cita-cita setinggi langit, atau menghancurkan hidup dengan NAPZA? Mengambil keputusan harus dipikirkan sekarang juga, sebelum kita terlambat. Keputusan yang salah bisa mencelakakan diri kita maupun seluruh keluarga kita. Keputusan yang benar bisa menyelamatkan kita sendiri maupun orangtua dan keluarga kita.
http://www.unicef.org/indonesia/id/HIV-AIDSbooklet_part4.pdf
4. Komplikasi
Komplikasi yang timbul dri penggunaan NAPZA yaitu:
Berdasarkan hasil penelitian yang dialkukan beberapa lembaga swadaya masyarakat, pengguna napza suntik (Penasun) memiliki resiko tersbesar untuk tertular HIV AIDS. Hal itu disampaikan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA), Farid W. Husain saat peluncuran proyek panduan penaggulangan terpadu dampak buruk Narkoba–HIV/AIDS di kantor Menko Kesra, Jakarta, Jumat (23/7).Saat ini lebih dari 80 persen dari 80.000 orang yang terinfeksi HIV merupakan pengguna napz suntik. Diperkirakan, pada akhir 2004 terdapat 124.000 hingga 196.000 yang menggunakan napza suntik. "Di Jakarta infeksi HIV di kalangan pengguna napza suntik meningkat tajam lebih dari 50 persen," kata Farid.
www.tempo.co.id

5. Pemeriksaan diagnostik
VCT.dia diajak teman-temannya melakukan VCT (visite conselling test). "Saat itu aku tidak tahu untuk apa diajak VCT. Ternyata untuk memeriksakan diri apakah terkena HIV/AIDS atau tidak

6. Penatalaksanaan
Peran keluarga
Ada beberapa alasan yang menuntut keberadaan keluarga sebagai pelaku utama dari upaya mereduksi permintaan akan napza, Pertama, meningkatnya anak/remaja/pemuda yang terlibat. Dari keseluruhan kasus narkoba, 80%-nya melibatkan mereka. Kedua, semakin mudanya usia awal menggunakan napza. Saat usia awal menggunakan zat halusinogen adalah 10 tahun, obat psikotropika (10tahun), dan opium (13 tahun). Masa kritis untuk pertama kali memakai napza adalah ketika ia duduk di kelas satu SLTP, kelas satu SMU, atau ketika di semester 1-2 perguruan tinggi. Saat itu, mereka dihadapkan pada tantangan, konflik, dan kondisi baru.
Ketiga, besarnya pengaruh teman. Umumnya asal mula seseorang memakai napza adalah karena bujukan teman. Penolakan terhadap tekanan ini sering kali mengakibatkan ia dikucilkan oleh kelompoknya. Hasil penelitian Dadang Hawari (Pendekatan Psikiatri Klinis Pada Penyalahgunaan Zat, 1990) memperlihatkan bahwa 81,3% pengguna napza karena pengaruh teman. Keempat, besarnya pengaruh konflik/stres dalam diri anak terhadap peluangnya menggunakan napza. Hasil penelitian Dadang Hawari (1990) memperlihatkan bahwa pada umunya alasan untuk anak/remaja menggunakan napza antara lain adalah percaya bahwa napza dapat mengatasi semua persoalan, atau memperoleh kenikmatan atau menghilangkan kecemasan, gelisah, takut.
Kelima, hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa keadaan keluarga yang tidak kondusif atau dengan kata lain disfungsi keluarga memunyai risiko relatif estimated relative risk) bagi anak/remaja terlibat penyalahgunaan napza dibandingkan dengan anak/remaja yang dididik dalam keluarga yang sehat dan harmonis (kondusif).
Dari data-data di atas tampaklah begitu pentingnya peran keluarga untuk mencegah seorang anak/remaja terjebak napza. Permasalahannya, keluarga yang bagaimanakah yang dapat melakukan hal itu? Keluarga sehatHanya keluarga yang memunyai ketahananlah, bahagia dan sehat (sakinah), yang mampu mengeliminasi kemungkinan anggota keluarganya (terutama anaknya) untuk tidak terjebak napza. Dalam bukunya The National Study on Family Strength (1987), N Stinnet dan John DeFrain merumuskan tentang keluarga yang bahagia dan sehat yaitu pertama, adanya kehidupan beragama dalam keluarga. Hal ini penting dalam memberi dasar untuk menentukan mana yang baik/buruk, boleh/tidak, halal/haram. Orang tua harus menekankan kepada diri dan anak-anaknya bahwa napza itu haram hukumnya. Hasil penelitian RD Moore (Yousful Precursors of Alcohol Abase in Phystctans, 1990) memperlihatkan bahwa anak/remaja yang komitmen agamanya lemah memunyai risiko empat kali lebih tinggi untuk terlibat penyalahgunaan napza.
Kedua, adanya waktu berkumpul dengan anggota keluarga. Hal ini penting untuk memelihara kebersamaan anggota keluarga. Kesempatan berkumpul tersebut hendaknya dimanfaatkan untuk membangun komunikasi yang baik antara anggota keluarga. Selain untuk menghilangkan kesalahpahaman, agar dapat lebih mengetahui kepribadian anaknya juga mampu cepat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi anaknya. Hal ini penting karena dari hasil penelitian terungkap bahwa ada tipe kepribadian tertentu dari anak yang lebih berpeluang terjebak napza. Pengabaian orang tua akan kepribadian, kebutuhan, dan kemampuan anak akan membuatnya 'lari' kepada temannya. Dan, terbukalah peluang anak terpengaruh napza.
Ketiga, adanya rasa saling menghargai sesama anggota keluarga. Sering kali dengan segala 'kekuasaannya', orang tua memaksa si anak agar mematuhi kehendaknya dan mengabaikan keberadaan anak sebagai seorang individu. Padahal sesungguhnya rasa hormat anak terhadap orang tua dan kewibawaan orang tua dapat ditegakkan dengan cara memberikan apresiasi terhadap keberadaan anak. Di sisi lain, pengakuan akan keberadaan dan 'keakuan' anak akan membuat anak menemukan jati dirinya.
Berani menilai diri
Bila memang serius ingin meningkatkan derajat kesehatan dengan memberantas mewabahnya napza di negeri ini, hendaknya kita tidak lagi hanya sibuk untuk mencerca lingkungan sebagai biang 'ketertarikan' anak-anak kita akan napza. Memang, menyalahkan lingkungan itu cara yang paling mudah. Bukankah lingkungan tidak mampu membela diri? Namun, itu tidak akan menyelesaikan masalah.
Saat ini, hendaknya masing-masing dari kita mulai 'berani' untuk menilai diri dan keluarga sendiri. Sudahkah sebagai orang tua kita mampu membuat keluarga jauh lebih dominan dibandingkan dengan lingkungan? Sudahkah orang tua mampu membuat anaknya mau berkomunikasi secara lebih terbuka tentang kehidupan dan lingkungan pergaulan mereka? Sudahkah orang tua berhasil membangun ketahanan keluarganya. Sudahkah orang tua berhasil membentuk keluarga yang bahagia dan sehat?
nasional-m@polarhome.com
Mengatasi Rasa Rendah Diri, Stres dan Emosi
Rendah diri adalah keadaan ketika seseorang tidak dapat menghargai dan menerima diri sendiri ejajar dengan orang lain dan selalu merasa punya kekurangan. Banyak masalah yang dialami oleh remaja yang berasal dari keadaan rasa rendah diri itu. Masalah-masalah tersebut antara lain:membolos, penyalahgunaan NAPZA, berkelahi, mencuri menganggu orang lain, melakukan hubungan seks sebelum menikah karena takut ditinggal pasangan, dan lain-lain. iri-Ciri Rasa Rendah Diri:
Kesepian, tertekan, dan tidak bahagia
Sukar bergaul dengan orang lain
Takut ditolak orang
Mendekati orang terlalu hati-hati
Curiga pada orang lain
Tidak percaya bahwa dirinya memiliki kelebihan
Kesulitan untuk tampil di muka umum
Untuk apa rendah diri? Kita begitu tinggi nilainya di hadapan Tuhan sehingga kita harus mengatasi rasarendah diri kita. Caranya:
Mampu mengontrol diri
Menghargai orang lain
Melihat kekurangan dan kelebihan diri(menyadari diri)
Menyatakan pikiran dan perasaan dengan bebas (komunikasi efektif)
Menghargai kemampuan dan kelebihan diri endiri
Bergaul dengan banyak teman (hubungan positif dengan sesama)
Mengikuti kegiatan-kegiatan positif untuk enemukan bakat-bakat kita
Berkomunikasi dengan Terbuka, Tegas (asertif) dan Mampu Menolak Ajakan (negosiasi)
Berkomunikasi secara terbuka dan Asertif adalah kemampuan menyampaikan apa yang diinginkan dan dipikirkan kepada orang lain dengan menjaga perasaan pihak lain. Banyak orang tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan tegas (asertif) karena takut terhadap orang lain, takut jika dirinya tidak lagi disukai atau diterima di lingkungan kelompok atau teman sebayanya. Meskipun remaja harus tetap bergaul dengan sesama teman tanpa memilih-milih, tetapi mereka juga harus menjaga agar pergaulan tidak merugikan dan membahayakan diri sendiri dan lingkungannya. Sekuat apapun pengaruh dan ajakan dari pertemanan tersebut, remaja harus tetap memiliki rasa percaya diri, berani menolak, dan bisa menilai secara kritis hal-hal yang dapat merugikan dan membahayakannya, seperti:
Menolak ajakan yang tidak bermanfaat (mabuk, nonton film-film porno)
Menolak ajakan yang jelas merugikan dan melanggar kesopanan (mencuri, melakukan hubungan seks di luar pernikahan)
Menolak ajakan untuk melakukan perbuatan yang menakutkan atau mencurigakan, (mengedarkan NAPZA)
Menolak pengaruh atau ajakan teman tidak harus dilakukan dengan kasar atau marah, tetapi dapat dilakukan dengan halus dan sopan, tetapi tegas dan dengan alasan yang masuk akal. Dengan cara yang baik tetapi tegas (asertif), teman yang mengajak dapat mengerti dan akan berhenti merayu atau memaksa. Carilah cara-cara dan alasan yang tepat untuk menolak, tanpa menyakiti perasaan teman kita.

KIAT-KIAT MENOLAK AJAKAN
Untuk dihargai orang, tidak harus selalu mengikuti kemauan orang lain. Orang yang berpendirian kuat biasanya lebih dihargai dan disukai teman-temannya.
Menolak ajakan harus disampaikan dengan jelas dan tegas. Katakan : “Tidak, Terimakasih!”; atau “Maaf, saya tidak bisa ikut”, “Maaf, saya tidak mau mencobanya”.
Bila perlu atau merasa tidak nyaman, segeralah tinggalkan tempat “berbahaya” itu. Katakan : “Saya harus pergi, saya harus bertemu dengan seorang teman” atau “ada hal lain yang harus saya kerjakan!”
http://www.unicef.org/indonesia/id/HIV-AIDSbooklet_part4.pdf
PERAN KELUARGA DALAM MENCEGAH TERJADINYA
PENYALAHGUNAAN NARKOBA
Pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah upaya Yang dilakukan terhadap factor-faktor yang Berpengaruh atau penyebab, baik secara langsung Maupun tidak langsung, Agar seseorang atau sekelompok masyarakat Mengubah keyakinan, sikap dan perilakunya sehingga Tidak memakai narkoba atau berhenti memakai narkoba Keluarga adalah lingkungan pertama & utama dalam membentuk dan mempengaruhi keyakinan, sikap dan perilaku seseorang terhadap penggunaan narkoba.
BANGUN KELUARGA HARMONIS
MENDENGARKAN SECARA AKTIF
Mendengarkan secara aktif menunjukan kasih sayang dan perhatian orangtua kepada anak. Sikap orang tua yang menyebabkan anak berhenti atau menolak mencurahkan isi hatinya :
• Menghakimi atau menuduh
• Merasa benar sediri
• Terlalu banyak memberi nasihat atau ceramah
• Sikap seolah-olah mengetahui semua jawaban
• Mengkritik atau mencela
• Menganggap enteng persoalan anak
Hindari kata-kata negatif: harus, jangan, tidak boleh Gunakan kalimat terbuka yang tidak membantu pembicaraan. contoh ;
• Ayah mengerti bahwa hal itu tidak
• Ibu sangat perhatian tentang.............?
Orang tua perlu melatih cara mendengarkan aktif, betapapun ?baik?nya mereka :Ulangi pernyataan sebagai tanda anda Faham apa yang diungkapkan anak. Perhatikan bahasa tubuh anak (mimik, muka, gerakan tubuh) waktu berbicara. Jika bertentangan, perhatikan bahasa tubuh yang menyatakan isi hati yang sebenarnya. Beri dorongan non-verbal untuk menunjukan perhatian anda : ?O ya?? coba jelaskan lagi tentang hal itu?. ?lalu apa yang terjadi ?Gunakan nada lembut dalam menjawab pertanyaan.
TINGKATKAN PERCAYA DIRI ANAK ;
Remaja yang menyalahgunakan narkoba memiliki citra diri yang rendah/negatip. Remaja dengan citra diri positip lebih mudah menolak tawaran narkoba. Orang tua membantu peningkatan percaya diri anak dengan : Beri pujian dan dorongan untuk hal-hal kecil atau sepele yang dilakukannya : ?terima kasih atas bantuanmu?, ?kamu telah mencoba dengan baik.? Bantu anak mencapai tujuannya secara realistik. Arahkan keinginan atau cita-citanya sesuai kemampuan dan kenyataan. Hindari berkhayal.
Koreksi tindakannya, bukan pribadi atau harga dirinya. Jangan katakan : ?Ayah tidak menyukai tindakanmu itu.? Beri anak tanggung jawab yang dapat membangun kepercayaan dirinya, sesuai kemampuan dirinya. Beri tugas yang harus dikerjakannya setiap hari dirumah :membersihkan kamar tidur, menyapu ruangan, mencuci.
Perlihatkan pada anak, bahwa ia dikasihi, dengan sikap, tindakan dan perkataan, kasih itu tidak boleh dibuat-buat, tetapi murni dan tulus.
KEMBANGKAN NILAI POSITIP PADA ANAK :
Sejak dini ajarkan anak membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan salah. Hal itu memungkinkan anak berani mengambil keputusan atas dorongan hati nuraninya, bukan karena tekanan atau bujukan teman.
Tunjukan sikap tulus, jujur tidak munafik, terbuka, mau mengakui kesalahan, meminta maaf, serta tekad orangtua untuk memperbaiki diri.
ATASI MASALAH KELUARGA :
Jangan biarkan koflik suami-istri berlarut-larut, sebab anak dapat merasakan suasana ketegangan orangtua. Jangan bertengkar atau berdebat didepan anak. Jika perlu, minta pertolongan/kosultasi tenaga profesi/ahli, atau orang yang dapat anda percayai.Ciptakan suasana damai antara suami isteri.
MENCEGAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI RUMAH
PELAJARI FAKTA & GEJALA DINI PENYALAHGUNAAN NARKOBA
Pelajari fakta tentang penyalahgunaan narkoba;
Berpartisipasi aktif dalam gerakan peduli anti-narkoba dan anti-kekerasan.
ORANG TUA SEBAGAI TELADAN
Berhentilah merokok, minum minuman beralkohol, atau memakai narkoba. Buang semua peralatan dan persediaan rokok atau minuman beralkohol. Perlihatkan kemampuan orangtua berkata ?tidak? terhadap hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani. Jangan malu minta tolong jika butuh pertolongan. Tidak menggunakan cara kekerasan (tindakan,kata-kata) pada anak atau orang lain. Hormati hak-hak anak dan orang lain. Perlakukan anak/orang lain dengan adil dan bijaksana. Hiduplah secaara tertib dan teratur.
KEMBANGKAN KEMAMPUAN ANAK TOLAK NARKOBA
Beritahu anak mengenai haknya melakukan sesuatu yang cocok bagi dirinya. Jika ada teman yang memaksa atau membujuk, ia berhak menolaknya. Bimbing anak mencari kawan sejati yang tidak menjerumuskannya. Cari peluang untuk mengajarkan pada anak mengenai bahaya narkoba dengan menggunakan nalar sehat. Hindari cara menakut-nakuti atau memberi nasihat. Ajarkan anak menolak tawaran memakai narkoba. Ketahui jadwal kegiatan anak, siapa kawan-kawannya. Tetapi janganlah bertindak seperti polisi dirumah. Jadilah sahabat bagi anak anda.
ATASI MASALAH KELUARGA :
Jangan biarkan koflik suami-istri berlarut-larut, sebab anak dapat merasakan suasana ketegangan orangtua. Jangan bertengkar atau berdebat didepan anak.Jika perlu, minta pertolongan/kosultasi tenaga profesi/ahli, atau orang yang dapat anda percayai. Ciptakan suasana damai antara suami isteri.
DUKUNG KEGIATAN ANAK YANG SEHAT DAN KREATIF :
Dukung kegiatan anak di Sekolah, berolahraga, menyalurkan hobi, bermain musik, dsb. Tanpa menuntut prestasi atau harus menang.
Libatkan diri dalam kegiatan anak. Anak menghargai saat orangtua melibatkan diri dalam kegiatan mereka, tanpa terlalu banyak ikut campur dalam keputusan yang diambil anak.
BUAT KESEPAKATAN TENTANG NORMA DAN PERATURAN :
Anak menginginkan kehidupan yang teratur. Ia belajar bertanggung jawab jika ditetapkan aturan bagi perilaku dan kegiatannya sehari-hari. Tetapkan hal itu bersama anak secara adil dan tuliskan perturan-peraturan itu secara singkat dan jelas.
Jenis obat / narkotika yang sering digunakan oleh masyarakat pemakai adalah BK, Nipam, Rohipnol, Mogadon, Lexotan dan Valium. Sementara Jenis Putao adalag; Opium, Morphin & Codein, Pethidine ( Mepheridine ) & Methadone, Hydromorphone & Oxycodon, Heroin ( Diacethylmorphine ) dan Endogenous Morphine. Jenis lain adalah Ganja, Ectasy dan sabu ? sabu. Biasanya penyebab seseorang mengkonsumsi obat diatas adalah karena ingin tahu, ingin dianggap dewas / hebat, ingin diterima dalam pergaulan, kenikmatan, tidak bisa tidur, frustasi dan karena gelisah / cemas. Dari segi keluarga biasanya karena todak harmonis dan kurang mendapat perhatian orang tua. Dapat juga karena dipengaruhi oleh teman, misalnya dibujuk, ditekan dan dijebak. Kenikmatan yang biasa diperoleh pada awal penggunaanya adalah merasa gembira ? euphoria, mengurangi rasa sakit ? efek analgetik, mual & muntah, pernapasan menjadi dangkal ? sesak, Konstipasi ? sulit buang air besar, miosis ? pengecilan penampang pupil mata dan merasa ngantuk ? telat tidur.
Efek lanjut dari pengguna adalah; Ketergantungan obat, ketergantungan psychis ( sugesti ), keteragantungan fisik ( withdrawal ? sakao ). Gangguan fisik , terjadi kerusakan fungsi otak / brain damage, abses pada kulit / pembuluh darah, dapat terjadi osteomielitis, gangguan koordinasi otot ? otot, terjadi endocarditis, bronchitis, penumonia, gigi rusak, kronik konstipasi, impotensi sexual pada laki-laki, gangguan menstruasi & kemandulan pada wanita dan nafsu makan hilang. Lebih lanjut dapat terjadi Koma / kematian akibat over dosis / komplikasi. Dapat terjadi AIDS, dan secara Psiko sosial, prestasi belajar menjadi menurun, produktifitas kerja menurun, terjadi masalah keuangan, masalah kriminal, masalah keluarga dan kecelakaan lalulintas. Penanggulangannya adalah ; memeriksakan diri kedokter / ke rumah sakit.

Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta
email : info@infeksi.com
PERAWATAN EFEKTIF?
Penelitian yang dilakukan di National Institute of Drug Abuse di Amerika Serikat berdasarkan pengalaman 75 tahun Amerika menangani adiksi menemukan beberapa prinsip-prinsip perawatan yang efektif. Semua temuan itu tertuang dalam � Prinsip Perawatan Efektif, NIDA, 2000.
Tak ada satupun perawatan yang sesuai bagi semua individu. Menyesuaikan antara setting perawatan, intervensi dan pelayanan dengan kebutuhan setiap individu sangat kritis untuk kesuksesan perawatan sehingga seseorang dapat kembali berfungsi produktif di keluarga, tempat kerja dan lingkungannya.�
Perawatan harus tersedia saat dibutuhkan setiap saat; karena individu yang kecanduan pada NAPZA dan ingin berhenti, biasanya �tidak yakin dan bingung kapan mau masuk ke program perawatan�. Mengambil kesempatan saat mereka menyatakan mau masuk ke program perawatan, kapanpun mereka mengatakan itu, akan sangat penting. Pecandu yang potensial untuk dirawat bisa hilang dan kehilangan niatan mereka untuk sembuh (ini sangat sering terjadi), bila perawatan tidak langsung tersedia atau tidak langsung dapat diakses.� Yayasan KITA menyediakan pelayanan 24 jam, setiap harinya. Pecandu manapun dapat masuk kapanpun, 7 hari dalam seminggunya.
Perawatan yang efektif menangani berbagai kebutuhan ganda individu, dan bukan hanya masalah penggunaan NAPZAnya saja. Untuk dapat efektif, pusat perawatan juga harus mampu menangani penggunaan NAPZA residen, dan masalah psikologis, sosial, vokasional dan legal yang mungkin dihadapi si pecandu.�
Rencana perawatan dan pelayanan individual harus diteliti terus menerus, dan dimodifikasi sebagaimana dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa rencana ini sesuai dengan kebutuhan orang yang berubah-ubah. Pasien mungkin akan membutuhkan berbagai kombinasi komponen pelayanan dan perawatan selama dalam perawatan dan pemulihan. Sebagai tambahan, disamping konseling atau psikoterapi, pasien mungkin akan membutuhkan obat-obatan tertentu, pelayanan medis, terapi keluarga, pelatihan orangtua (parenting), rehabilitas vokasional, serta pelayanan sosial dan legal. Sangat kritis bahwa pendekatan perawatan disesuaikan dan tepat dengan usia, jenis kelamin, etnisitas dan budaya.�
Berada dalam perawatan dalam periode waktu yang cukup sangatlah kritis untuk menjamin efektivitas perawatan. Masa yang paling tepat bagi seorang individu tergantung pada masalah dan kebutuhannya. Penelitian menunjukkan bahwa bagi kebanyakan pasien, ambang perubahan yang bermakna dijangkau setelah berada di perawatan selama 3 bulan. Setelah ambang ini dicapai, perawatan tambahan akan menghasilkan kemajuan lebih jauh dalam pemulihannya. Karena orang seringkali meninggalkan program secara prematur, program juga perlu mempertimbangkan strategi-strategi untuk melibatkan dan menjaga agar pasien tetap berada dalam perawatan.�
``Konseling (individu maupun kelompok) dan terapi perilaku adalah komponen kritis dalam perawatan adiksi yang efektif. Dalam terapi, pasien membahas masalah-masalah berkaitan dengan motivasi, membangun skills untuk menolak NAPZA, menggantikan kegiatan menggunakan NAPZA dengan kegiatan-kegiatan lain yang menyenangkan, dan memperbaiki kemampuan mereka memecahkan masalah. Terapi perilaku juga memperbaiki hubungan interpersonal dan kemampuan seseorang untuk berfungsi dalam keluarga dan masyarakat.�
Obat (medikasi) adalah elemen penting dalam perawatan banyak pasien (tidak semua), terutama bila dikombinasikan dengan konseling dan terapi perilaku lainnya. Methadone dan levo-alpha-acetylmethadol (LAAM) efektif dalam membantu pecandu heroin dan opiat lainnya untuk menstabilkan kehidupan mereka dan mengurangi penggunaan NAPZA jalanan. Bagi pasien dengan gangguan mental, baik perawatan perilaku dan obat dapat menjadi sangat penting.�
Individu yang menyalahgunaan NAPZA dan memiliki gangguan mental, harus dirawat secara terintegrasi untuk kedua gangguan yang dialaminya. Karena gangguan adiktif dan gangguan mental sering terjadi pada satu individu, pasien yang mempunyai salah satu kondisi kondisi ini harus diteliti dan dirawat untuk kedua gangguannya.�
Di Indonesia ditemukan bahwa gangguan mental klinis ada pada sekitar 1 dari 20 residen yang masuk pemulihan. Beberapa dari gangguan ini mencakup � depresi parah, paranoia ekstrim, halusinasi audio dan/atau visual, larinya ide atau fantasi (flight of ideas) perasaan dan emosi abstrak, perilaku agresif dan hostile, juga berbagai episode delusional.
Detoksifikasi Medis cuma merupakan perawatan tingkat awal, dan berdiri sendiri tidak dapat mengubah penggunaan NAPZA jangka panjang. Detoksifikasi medis secara aman memanage gejala putus zat akut yang diasosiasikan dengan penghentian penggunaan zat. Sementara detoksifikasi sendiri jarang cukup untuk membantu pecandu mencapai pantang zat jangka panjang, bagi beberapa individu, detoksifikasi adalah awal yang penting untuk memulai perawatan adiksi NAPZA.�

Perawatan tidak perlu dimulai atas dasar kesukarelaan (pasien untuk sembuh) untuk bisa efektif. Motivasi yang kuat akan mendukung proses pemulihan. Sangsi atau rayuan keluarga, tempat kerja, atau sistem pengadilan kriminal dapat secara bermakna meningkatkan jumlah pecandu yang mencari perawatan dan bertahan di perawatan, serta meningkatkan kesuksesan perawatan kecanduan.�
Kemungkinan penggunaan NAPZA selama perawatan harus dimonitor secara terus-menerus. Kambuh menggunakan NAPZA dapat terjadi selama perawatan. Tujuan dari monitoring penggunaan NAPZA dan alkohol pasien selama dalam masa perawatan, misalnya melalui analisa urine atau test lainnya, dapat membantu pasien untuk menahan dorongan untuk menggunakan NAPZA. Umpan balik kepada pasien yang positif hasil testnya menggunakan NAPZA, adalah elemen penting dari monitoring ini.�
Program perawatan harus memberikan pelayanan HIV/AIDS, Hepatitis B dan C, tuberkulosis, dan penyakit menular lainnya, dan konseling untuk membantu pasien memodifikasi atau mengubah perilaku yang menempatkan mereka atau orang lain pada resiko terinfeksi. Konseling dapat membantu pasien menghindari perilaku resiko tinggi dan konseling juga dapat membantu orang yang terinfeksi untuk mengurus penyakitnya.�
Pemulihan dari kecanduan NAPZA dapat merupakan proses jangka panjang dan sering membutuhkan beberapa episode perawatan. Seperti halnya dengan penyakit kronis lainnya, kekambuhan �penyakit� menggunakan NAPZA dapat terjadi sementara atau setelah tindak atau episode perawatan yang berhasil sekalipun. Pecandu bisa saja membutuhkan perawatan yang cukup lama dan berulang-ulang guna mencapai abstinensi jangka panjang dan berfungsi secara penuh kembali. Partisipasi dalam program-program bantu diri (dimana pecandu dan keluarga mendukung diri sendiri) selama dan setelah perawatan sering sangat membantu dalam mempertahankan pantang NAPZA (abstinensi).�
Saat pecandu ada di pusat pemulihan, tidak terlalu banyak yang dikhawatirkan, tetapi � Saat mereka meninggalkan perawatan, masalah dahulu dan baru bisa mendadak kembali muncul, dan kekambuhan sering terjadi, dan bukan tak mungkin menjadi fatal. Program-program yang tidak mempertimbangkan perlunya Program Aftecare yang berkesinambungan akan mempunyai efektivitas yang sangat terbatas. Komunitas, termasuk orangtua merupakan komponen penting yang perlu tetap mempertahankan pemulihan pribadi dan keluarga mereka yang pecandu. Bantu diri menuntut kemandirian dan hasrat untuk memperbaiki keadaan pribadi.
Untuk mendownload materi Prinsip Perawatan Pecandu yang efektif, anda bisa langsung ke www.drugabuse.gov/PODAT/PODATindex.html

MEMAHAMI PERAWATAN KECANDUAN SEBAGAI PENYAKIT JANGKA PANJANG
Menurut Prof Charles P O`Brien MD, A Thomas McLellan Ph-D, gangguan adiktif perlu dilihat dalam kategori penyakit seperti penyakit lain yang menuntut perawatan jangka panjang. Perawatan adiksi sama suksesnya dengan perawatan untuk tekanan darah tinggi, diabetes, asma, dan karenanya perawatan adiksi akan sama cost effectivenya dengan perawatan penyakit-penyakit kronis di atas.
Banyaknya masalah kesehatan masyarakat dan keamanan masyarakat terkait adiksi membuat masyarakat, media dan pembuat keputusan putus asa mencari jalan keluar yang bertahan dan permanen, dan kecewa bahwa tak ada jalan yang paling pasti menuju kesembuhan seorang pecandu, terlebih bila mengalami masalah gangguan jiwa dan gangguan kepribadian sejak awalnya. Seperti halnya merawat kondisi medis lain, tidak ada kata sembuh total dari adiksi dan yang ada hanyalah pengendalian penyakit seperti halnya orang mengendalikan penyakit diabetesnya. Pada saat yang sama, ada perawatan yang efektif dalam mengurangi penggunaan NAPZA, memperbaiki fungsi kehidupan pasien, mengurangi kriminalitas dan biaya legal, mencegah gangguan medis yang mahal. Mungkin perbedaannya terletak pada persepsi bahwa diabetes, hipertensi dan asma adalah kondisi medis sementara adiksi dilihat sebagai masalah sosial atau kecacatan karakter. Kita perlu dapat memahami bahwa adiksi sama parahnya dengan penyakit lainnya yang kerap menuntut perawatan seumur hidup dan dapat kambuh-kambuhan. Bukankah hipertensi juga bisa kambuhan, demikian pula asma dan diabetes? Namun tidak merawat samasekali cuma akan meningkatkan resiko yang dapat mengakibatkan masuknya penyakit-penyakit mahal yang dapat bertahan seumur hidup, serta merusak organ tubuh yang penting untuk selamanya. http://www.drugtext.org/library/articles/obrien01.htm ).
TERAPI NARKOBA
Banyak sudah upaya dilakukan para ahli medis maupun pakar rehabilitasi untuk mencari jalan bagi penyembuhan pasien pecandu narkoba. Namun apakah semua model rehabilitasi itu sesuai bagi semua orang? tentu saja tidak demikian. Karena setiap manusia itu unik, dan setiap orang tidak bisa diperlakukan sama antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu kita harus dapat memahami latar belakang dan dasar pemikiran sebuah model rehabilitasi, supaya kita dapat memberikan evaluasi secara benar terhadap keberhasilan dan efektivitas sebuah program rehabilitasi.
Keanekaragaman jenis rehabilitasi bagi para pecandu narkoba sangat bergantung pada keanekaragaman obat-obatan yang disalahgunakan. Bahkan kondisi terapi juga sangat bergantung pada karakteristik dari pengguna yang besangkutan. Karena seseorang menjadi pecandu narkoba itu disebabkan oleh berbagai latar belakang yang sangat berbeda satu sama lain. Apalagi ditambah dengan adanya penyimpangan perilaku sosial mereka yang membuat upaya penanganan menjadi lebih sulit.

Praktek rehabilitasi terhadap pasien penyalahgunaan narkoba ini harus meliputi baik terapi tingkah laku, terapi medis, terapi keagamaan, atau kombinasi dari semua terapi tersebut. Bagaimanapun juga, tingkat keberhasilan dari setiap terapi yang diberikan juga tidak selalu memberikan hasil yang sama bagi setiap orang. Karena itu, setiap proses rehabilitasi harus selalu dievaluasi dan dikaji kembali efektifitasnya. Berikut ini beberapa pengertian yang membuat kita lebih mengenali pengguna narkoba lebih dekat:
Ciri-Ciri Pengguna
Overdosis
Tahap Pengobatan
Terapi
Kiat-kiat Berubah
Pusat Rehabilitasi
KIAT-KIAT BERUBAH UNTUK PECANDU
KapanLagi.com - Kembali menjalani kehidupan normal bukan sesuatu yang mudah bagi seorang pecandu, hal termudah untuk menghilangkan kebiasaan ngedrug adalah dengan tidak mulai mengkonsumsinya sama sekali, tapi apakah semudah itu?
Jika hal tersebut sudah mulai menjadi keharusan, pemadat akan terus mengkonsumsi selama hidupnya akan semakin sulit dihentikan dan makin membuatnya tergantung. Beberapa kiat dibawah ini membantu para pencandu mengakhiri derita mereka, meskipun dukungan lingkungan dan niat dari pencandu menjadi modal utama kesembuhan mereka.
Kiat-Kiat Berubah (Sembuh)
Hindari teman sesama pemakai
Jujur dan terbuka
Positif thinking
Hindari hal-hal yang mudah memancing stress
Sharing dengan orang yang dipercaya
Jangan konsumtif
Mencari kesibukan terbatas
Dalami spiritual
Sabar dan menerima keadaan apa adanyaKiat-Kiat Half Way House
Hindari teman pemakai NAPZA.
Upayakan tidak menjalin relasi intim.
Bagi waktu antara bermain dan di rumah (orangtua).
Jangan konsumtif dengan keperluan kosmetika.
Tetap berkomunikasi dan terbuka.
Hindari sifat fait a compli.
Usahakan tepat janji.
Kiat-Kiat Untuk Orang Tua
Pendengar yang baik
Penuh perhatian
Bijaksana membuat keputusan dan meminta pendapat
Tegar berdiskusi meskipun menyangkut perihal sensitif
Beri respons yang konstruktif
Beri pesan dengan jelas
Teladan dalam perilaku
TAHAP PENGOBATAN NARKOBA
PERTOLONGAN PERTAMA
Penderita dimandikan dengan air hangat, minum banyak, makan makanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan perhatiannya dari narkoba. Bila tidak berhasil perlu pertolongan dokter. Pengguna harus diyakinkan bahwa gejala-gejala sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari dan setelah 10 hari akan hilang.Menurunkan Risiko (Harm Reduction):
Menggunakan jarum suntik sekali pakai
Mensuci hamakan (sterilisasi) jarum suntik
Mengganti kebiasaan menyuntik dengan menghirup atau oral dengan tablet
Menghentikan sama sekali penggunaan narkoba
Yang harus dilakukan bila seseorang mabuk:
Jangan membiarkannya mengemudikan kendaraan
Beri dia minum air yang banyak
Coba ajak dia makan
Jangan biarkan dia sendirian
Jauhkan dia dari tempat-tempat berbahaya, seperti jalan raya, jembatan, balkon, kolam renang, laut
Jika pecandu tak sadar (pingsan):
Periksa pernafasannya
Menjaga saluran pernafasan supaya tidak ada sumbatan
Baringkan dia pada sisi tubuhnya, jika muntah, sisa makanan tidak menyumbat saluran pernafasan.
Gejala serius yang memerlukan perhatian medis:
Tidak sadar atau setengah sadar
Pernafasan yang lambat.
Kulit dingin, pucat atau membiru
www.smu_net.com

Kasus
Febri (bukan nama sebenarnya), salah satu remaja penderita HIV. Dia tertular HIV melalui penggunaan IDU. Febri mengaku mulai memakai jarum suntik secara bergiliran pada 2002. "Saat itu saya masih kelas 3 SMP. Saya suka mengonsumsi putauw. Suatu hari, saya lagi nggak punya duit. Sama teman-teman diajak pakai jarum secara gantian. Lebih murah, kata mereka," ujarnya.
Pesta narkoba pun dimulai bersama teman-temannya. Aktivitas menyimpang itu dilakoninya selama setahun. Boleh dibilang Febri termasuk pecandu berat narkoba, terutama jenis putauw. Padahal, dia mengaku tidak memiliki uang yang cukup tebal untuk mengonsumsi putauw. "Mau tidak mau, memakai jarum suntik merupakan alternatif bagi saya," tuturnya.
Bagi dia, ngedrugs merupakan medium untuk melupakan persoalan hidup. Febri lahir di tengah keluarga yang kurang harmonis. Dia lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-temannya di luar rumah. "Dengan teman-teman saya merasa bisa melakukan apa saja. Mereka tahu apa yang saya mau," tukasnya.
Hidup sarat dengan hedonisme dia lakoni selama bertahun-tahun. Prestasi sekolah Febri yang terus merosot memacu dirinya terjun bebas ke narkoba. Apalagi orang tuanya cuek saja dengan segala tindakan yang dia lakukan. "Aku merasa bebas melakukan apa saja, under controll pokoknya," ujarnya.
Hidup Febri identik bersenang-senang. Pada 2004, dia diajak teman-temannya melakukan VCT (visite conselling test). "Saat itu aku tidak tahu untuk apa diajak VCT. Ternyata untuk memeriksakan diri apakah terkena HIV/AIDS atau tidak," ujarnya.
Ternyata teman-teman Febri itu adalah relawan sebuah LSM yang konsen dengan HIV/AIDS. Mereka prihatin dengan kondisi Febri. Benar saja, dari lima orang yang memeriksakan diri, tiga orang positif HIV termasuk Febri. "Rasanya saya ingin mati saja saat itu," ucap Febri yang waktu itu baru kelas 1 SMA. Sejak divonis itu, Febri merasa hidupnya tidak berarti lagi. Keterputusasaan yang berat meyelimuti dirinya. "Bahkan timbul perasaan jahat dan dendam terhadap teman-teman yang belum terkena HIV untuk menularinya," ujarnya. Untungnya, Febri dapat mengendalikan diri. Dia pun berusaha bangkit untuk bertahan hidup. "Untungnya teman-teman sangat memotivasi saya untuk berobat," ujar Febri yang kini berusia 19 tahun. Satu tahun lamanya Febri menyembunyikan kenyataan itu dari orang tuanya bila dia positif HIV. "Lagipula apa bedanya bila saya ceritakan," ujarnya.
Lambat-laun rahasia itu terbongkar. Ibu Febri mendapati hasil tes VCT-nya yang disimpan di laci meja anaknya itu. "Waktu itu, ibu mencari obat-obat terlarang itu di kamar saya," ujarnya.
"Saya tidak menyangka reaksi ibu saat mengetahui saya positif HIV. Ibu menangis sesunggukan dan memeluk saya," ungkapnya. Sejak itu, orang tua Febri mulai berubah. Mereka menerima Febri apa-adanya. Mereka berani menerima kenyataan bila anaknya terjangkit penyakit yang distigmakan buruk oleh masyarakat itu. Namun, apa pun perhatian itu, bagi Febri tidak bisa mengembalikan dirinya seperti dulu lagi. Di dalam tubuhnya telah berkembang virus mematikan --yang bila dia tidak aware memperhatikan kesehatannya-- bisa semakin menyerang kekebalan tubuhnya. Kini, Febri punya semangat hidup lagi. Hidup, katanya, harus terus berjalan, meskipun dia sempat pesimistis dengan masa depannya. "Siapa sih yang mau menerima cowok dengan predikat HIV positif?" tanyanya. Beberapa kali Febri mencoba menjalin hubungan dengan teman perempuannya, namun selalu gagal. "Begitu tahu saya terinfeksi HIV, ada yang langsung menjauh, ada juga yang mundur pelan-pelan," ujarnya.

Menurut Febri, tidak mudah hidup di lingkungan orang yang tidak terkena penyakit berbahaya itu. Selalu ada benang merah antara ODHA dengan OHIDA (orang yang hidup dengan HIV/AIDS). Meskipun keluarga menerima Febri apa-adanya, perasaan "berbeda" tetap melekat dalam hatinya. Febri pun kemudian mencari komunitas yang bisa menampung nasibnya. "Akhirnya dengan teman-teman sebaya yang aktif memerangi HIV/AIDS, saya merasa di situlah tempat saya. Tempat saya berkeluh-kesah, bersama, dan berbagi hidup,"
www.smu_net.com
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
• Data umum
• Riwayat dan thap perkembangn keluarga
• Data lingkungan
• Struktur keluarga
• Fungsi keluarga
• Stress dan koping keluarga
• Pemeriksaan kesehatan
• Harapan keluarga
• Pengkajin fokus dengan anak usia remaja:
 Bagaimana karakteristik teman di sekolah atau di lingkungan rumah?
 Jenis Napza apa yang digunakan?
 Adakah perilaku kriminal di rumah / di luar rumah?
 Apakah ada problema : sekolah, keluarga, pekerjaan, masyarakat?

 Bagaimana kebiasaan anak menggunkn waktu lung?
 Bgaimana perilaku anak selama di rumah?
 Bagaimana hubungan antra anak remaja dengan adiknya?
 Siapa saja yang berada di rumah selama nk remaja dirumah?
 Bagaimana prestasi anak di sekolah dan prestasi apa saja yang pernah diperoleh anak?
 Apa kebiasaan anak di rumah?
 Apa fasilitas yang digunakan anak secara bersamaan atau sendiri?
 Berapa lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak?
 Siapa yang menjadi figure bagi anak?
 Seberapa peran yang menjadi figure bagi anak?
 Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
Analisa data:
No Data Fokus Masalah Keperawatan
1 DS:
• pasien mengatakan bahwa ia mengkonsumsi putau dengan menggunakan jarum suntik
• bagi pasien,ngedrug bisa melupakan masalah
• keluarga pasien kurang harmonis
• pasien lebih suka bergaul dengan teman pasien, karna bagi pasien, temanya itu mengetahui apa yang ia inginkan
DO:-

Koping individu tak efektif pada anak F dari keluarga ibu N.
2 DS:
• Pasien merasa bahwa hidupnya tidak berarti setelah mengetahui bahwa dirinya terinfeksi HIV
• prestasi pasien menurun dan keluarganya tidak memperhatikannya
• Pasien merasa rendah diri tiap menjalin suatu hubungan dengan teman perempuannya
DO:-

Menarik diri pada anak F dari keluarga Ibu N.
Diagnosa Keperawatan:
• Koping individu tak efektif akibat penggunaan napza pada anak F dari keluarga ibu N berhubungn dengan kurangnya perhatian dari keluarga anak F
• Menarik diri akibat penggunaan napza pada anak F dari keluarga Ibu N berhubungan dengan harga diri rendah
DAFTAR PUSTAKA
Copyright (c) 2000, e-psikologi.com
www.smu_net.com
http://www.unicef.org/indonesia/id/HIV-AIDSbooklet_part4.pdf
Situs Resmi RSPI - SS © 2003 - 2007
Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta
email : info@infeksi.com
www.tempo.co.id
nasional-m@polarhome.com
http://www.drugtext.org/library/articles/obrien01.htm ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar